21 Juli 2008

SMP PGRI Sribhawono Tinggal Kenangan

FOKUS - Kamis (17/7) lalu menjadi hari penuh sejarah. Kenapa? Pimpinan SMP PGRI Sribhawono, Kecamatan Bandar Sribhawono, Lampung Timur, mengadakan rapat dengan wali murid. Isinya; Mengabarkan jika sekolah tersebut akan ditutup.

Lho kok? Kepala SMP PGRI Sribhawono, Lasa Sudarminta, menjelaskan, langkah menutup operasionalisasi sekolah itu memang berat, namun tak ada pilihan lain. Pasalnya, peminat hanya beberapa orang saja, ditambah siswa di kelas VIII hanya ada 11 oran dan 14 lainnya di kelas IX.

Karena minimnya peminat, terpaksa pimpinan SMP PGRI Sribhawono kelimpungan menutup biaya operasional. Dan, “Karena semakin tidak memungkinkan untuk dipertahankan, ya dengan terpaksa sekolah ini kami tutup,” ucap Lasa dengan nada getir.

Bagaimana dengan siswa kelas VIII dan IX? Lasa sudah punya solusi. Mereka akan dipindahkan ke sekolah lain. “Kami siap mendaftarkan dimana kehendak mereka untuk melanjutkan sekolah,” kata dia seraya menambahkan, sebenarnya sudah tidak kurang-kurang usaha pihaknya untuk mempertahankan SMP PGRI Sribhawono, tapi kenyataannya tak ada tanda-tanda terang.

Ia menguraikan, SMP PGRI Sribhawono didirikan tahun 1979 –dan merupakan sekolah yang tertua di Kecamatan Bandar Sribhawono. Saat ini mempunyai 25 siswa, dengan 13 guru. Hanya, “Untuk nasib para guru, kami tidak khawatir, karena mereka hanya honorer dan memiliki tugas di sekolah lain,” sambung Lasa Sudarminto.

*Punya Mutu

Saat para wali murid diundang pihak sekolah dan diberitahu SMP PGRI Sribhawono bakalan tutup, banyak yang tercengang. Seperti dialami Nariyah, yang anaknya-Nani Wijayanti- menjadi murid kelas VIII.

Terus terang ia mengaku terheran-heran kenapa sedikit sekali minat orang tua menyekolahkan anaknya di SMP PGRI tersebut. Padahal, “Sekolah ini punya mutu dan penuh disiplin. Aneh memang, tapi ya mau bagaimana lagi kalau kenyataannya seperti ini,” ucapnya, mengeluh.

Hal senada disampaikan Warti, yang anaknya –Nopiyanto- merupakan siswa kelas IX. “Saya juga heran, ini siapa yang salah. Gurunya atau memang minat masyarakat menurun. Sebab di zaman saya dulu, SMP PGRI ini menjadi pilihan dan berkembang pesat,” ucap Warti yang mengaku akan memindahkan putranya ke SMP Buana, yang memang lokasinya tidak jauh dari SMP PGRI.

Tak pelak lagi, kini SMP PGRI Sribhawono tinggal kenangan. Tragis memang, di saat Pemkab Lamtim tengah menyiapkan diri sebagai Kota Pendidikan, justru sarana pendidikan yang dikelola oleh Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) harus gulung tikar. hm

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda