27 Oktober 2008

JANGAN SAJA SAMPAI TERPANCING

SUASANA di Kabupaten Lampung Utara pasca putusan PT Lampung, semakin kacau balau. Adanya kasus kebakaran kantor sebuah partai beberapa waktu lalu, tak luput dikaitkan dalam suasana pilkada. Dan suasana seperti ini, diramalkan bakal berlanjut sampai adanya titik temu kedua kandidat bupati untuk sama-sama legowo dengan menerima putusan mana yang menjadi acuan penetapan bupati. Jika dilihat dari hasil putusan PT Lampung, tentu saja benar bahwasanya gugatan BS tentang pembatalan penghitungan ulang suara, dikabulkan. Namun PT tidak mempunyai kewenangan untuk menetapkan BS sebagai bupati terpilih. Yang berhak menetapkan bupati terpilih adalah KPUD Lampung Utara. Dengan adanya dua keputusan tersebut, jelas akan membawa dampak tidak baik bagi masyarakat Lampung Utara. Sebab, pada tanggal 14 September 2008 lalu, pasangan Zahra ditetapkan sebagai bupati terpilih 2008-2013 oleh KPUD setempat, namun pada tanggal 15 oktober 2008 PT mengabulkan gugatan BS. Ironisnya, meskipun telah ada putusan dari PT Lampung, persoalan belum juga selesai.. KPUD Lampura terus melakukan upaya hukum, yakni Peninjauan Kembali (PK). Dan PK ini harus didukung dengan bukti-bukti baru (novum), sehingga Mahkamah Agung (MA) dapat menerima bukti tersebut, sekaligus menggelar persidangan. *Tinggal Meletup Dengan diterimanya novum tersebut, artinya perang jilid III tinggal meletup. Jilid I adalah keputusan KPUD Lampura, jilid II adalah putusan PT, dan jilid III adalah putusan MA. Hebatnya, kedua kandidat bupati (Zainal-Bachtiar) sama-sama mengklaim dirinya sebagai bupati terpilih. Ucapan selamat baik bagi Zahra maupun BS terus berdatangan dan di-media-massa-kan, keadaan ini membuat masyarakat awam kebingungan mana yang menjadi bupati terpilih. Belum adanya kesimpulan siapa yang bakal dilantik sebagai Bupati Lampura, membuat opini terus berjalan. Seperti kebakaran yang terjadi di Kantor PPP, di rumah Daryus, Sekala Brak, dan terbaliknya salah satu pengendara motor, Heri Maulana, akibat teror dari seseorang yang tidak diketahui. Sementara itu, beragam teror melalui HPp terus terjadi. Dan semua itu dikaitkan dalam suasana pilkada. Nampaknya, suasana ini sengaja diciptakan oleh orang yang tidak bertanggung jawab, untuk mengubah Lampura menjadi kacau balau. Sebab, belum tentu terror hp atau kebakaran dilakukan orang-orang terdekat kandidat bupati. Untuk menetralisir keadaan ini, maka yang paling baik adalah menyerahkan sepenuhnya kepada pihak yang berwajib. Sehingga isu-isu tentang insiden yang ada, tidak membuat masyarakat terprovokasi, apalagi melakukan hal-hal yang tidak diinginkan. *Jangan Terpancing Dan ini dibenarkan oleh Ketua LSM Tantular Lampung Utara, Febbi, SS, bahwa semua persoalan yang terjadi, harus diserahkan sepenuhnya kepada pihak yang berwajib. Dengan demikian, tidak ada prasangka-prasangka buruk, yang dapat menimbulkan perpecahan. ”Apa yang terjadi pasca pilkada, jangan sampai kita masyarakat Lampura terpancing. Mari kita serahkan persoalan ini pada pihak yang berwenang. Saya yakin, masyarakat Lampura mempunyai pikiran yang cerdas. Sehingga dapat mengkaji ulang setiappersoalan,” ujar Febbi, beberapa waktu lalu. Begitu pula dengan hasil yang akan diterima para dua kandidat bupati terpilih, hendaknya mereka legowo atas apapun keputusan akhir nantinya. Dan selalu menjaga suasana kondusif di Lampung Utara. ”Saya yakin, baik Zara maupun BS dapat menerima hasil akhir nanti di MA. Sebab, merekalah calon pemimpin di Lampung Utara. Jika mereka sama-sama tidak bisa menerima keputusan, bagaimana dengan masa depan Kabupaten Lampung Utara?” kata Febi lagi. rj

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda