17 Maret 2009

Ketika Rakyat Bicara Tentang Pemilu

PEMILIHAN Umum yang akan dilangsungkan beberapa pekan lagi, tepatnya pada Tanggal 9 April 2009 mendatang, masih menyisakan kegamangan di kalangan masyarakat. Pasalnya, selain sosialisasi pemungutan suara yang masih simpang siur diantara calon pemilih, terkait conteng menconteng, ditambah lagi banyanya calon anggota legislatif dari 44 parpol yang kian menambah kebingungan masyarakat, mana yang harus dipilih. Dampak kekhawatiran pun muncul, sikap apatis akhirnya menjadi pilihan masyarakat. Kebingungan yang melanda masyarakat saat ini, tentu saja bukan hal yang mengejutkan. Karena beberapa kalangan pengamat sudah memprediksikan, pemilu yang diselenggarakan negeri ini dapat dikatakan paling rumit dan carut marut dengan sistem yang sangat liberal, serta kerap bergonta-ganti mekanisme setiap pergantian kekuasaan. Bayangkan saja, saat ini saja misalnya, dari tiap-tiap partai politik menampilkan 3 orang calon anggota legislatifnya, dengan jumlah 44 parpol, maka jumlahnya sudah mencapai 132 orang calon. Bagaimana jika lebih dari itu? Tentunya masyarakat pun semakin dilanda kebingungan siapa yang akan dipilihnya. Ditambah lagi, perubahan sistem pemungutan suara dalam pesta demokrasi mendatang yang pada awalnya mencoblos, kini berubah menjadi menconteng. Perubahan ini ternyata masih menjadi problema dikalangan masyarakat. Apalagi kurangnya sosialisasi dari penyelenggara Pemilu seperti KPUD, sehingga berdampak terhadap kurangnya pemahaman masyarakat terhadap sistem Pemilu yang akan diterapkan mendatang. Salah satu contoh banyak diungkapkan sebagian warga kepada Fokus, tentang persoalan tata cara pemilu yang membuat mereka bingung hingga saat ini. Seperti diungkapkan Gunawan, warga Masyarakat, yang berprofesi sebagai karyawan kerajinan besi Cahaya Abadi, Sukarame, Bandar Lampung, belum lama ini. Menurut dia, sistem pemilu kali ini sangat tidak memudahkan masyarakat untuk melakukan partisipasi politik. ”Mestinya masyarakat harus diberitahu jauh hari sebelumnya dan diarahkan. Istilahnya kalau bisa dipermudah kenapa harus dipersulit? Ini kok malah kebalikannya. Kalau bisa dipersulit, kenapa harus dipermudah. Saya menangkap kesan seperti itu pemilu kali ini,” kata dia. Cik Romah (48 Th), salah satu pedagang yang mangkal di Perumahan Griya Sukarame, Bandar Lampung, berbeda lagi. Menurut dia, yang penting hajat demokrasi kali ini tetap menjaga persatuan dan kesatuan bangsa. Kendati dirinya masih bingung tentang cara memberikan suara pada pemilu mendatang.”Tapi yang penting rakyat tetap aman, tentram, damai dan sejahtera,” harapnya. Wagino (28 Th) ,warga Karang Anyar, Lampung Selatan, berbeda lagi. Bagi warga yang mengabdikan dirinya menjadi seorang pekerja bangunan ini menilai, pemilu kali ini dianggapnya bagus. Bagus dalam pengertian, siapa pun boleh mencalonkan diri.”Kalau dulu kan hanya orang-orang yang berpengaruh saja yang bisa mencalonkan diri,” katanya. Saimun (65 Th), warga Karang Sari, Sukarame, Bandar Lampung, ketika dimintai komentarnya mengatakan, pemilu saat ini diharapkan mampu membuat pembangunan bertambah maju dan wakil rakyat mendatang adalah orang-orang yang memang mampu menjalankan amanah yang diberikan rakyat. ”Jangan ketika sudah jadi anggota dewan, lupa dengan kepentingan masyarakat. Itu yang sering membuat masyarakat kesal,” ungkapnya, seraya berharap para wakil rakyat mampu memperjuangkan gaji para pekerja buruh minimal setara dengan UMR, karena selama ini gajinya sebagai SATPAM masih dibawah Rp 500 ribu. Udin (40 Th), warga Griya Sukarame, Bandar Lampung, tukang pengambil sampah rumah tangga, ketika dimintai komentarnya tentang pemilu, tidak banyak kata yang dia ucapkan.”Saya bingung, Mas. Dari tahun ke tahun tetap saja tidak ada perubahan. Malahan wakil rakyat yang dipilih kalau saya perhatikan tambah kaya. Nasib kami ya begini-begini saja. Jadi biar saja menjadi urusan orang-orang itu,” ujarnya dengan nada pesimis. Sunarya alias Dayat (39 Th) warga Perum Griya Sukarame, Bandar Lampung, berprofesi sebagai tukang las dan perbaikan body mobil ini mengatakan, dirinya jadi kapok menentukan pilihan wakil rakyat. Kenapa? ”Habis berita-berita yang ada, malahan wakil rakyat yang tukang korupsi. Masuk penjara lagi. Jadi mikir lagi mau milih siapa nanti. Yang jelas jangan sampai milih calon yang bakal memalukan nama rakyat,” tukasnya, yang mengaku masih bingung dan ragu menentukan pilihan pada pemilu mendatang. sw

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda