02 Maret 2009

Sumber Air Panas Berumur Ratusan Tahun

FOKUS – Sebagai warga Negara Indonesia, kita patut berbangga terhadap kekayaan alam bumi nusantara yang melimpah ruah, dan sulit untuk ditandingi oleh bangsa manapun di seluruh dunia. Satu bukti, terdapat kekayaan alam yang dimiliki oleh Provinsi Lampung yang patut menjadi kebanggaan masyarakat daerah ini, yang terletak di Jalan Lintas Sumatera, tepatnya di Desa Merakbatin, Kecamatan Natar, Lampung Selatan. Disana, jika Anda kerap melintasi Kawasan Jalan itu, tidak jauh dari Kepolisian Sektor Natar, terdapat sembilan buah sumber mata air panas yang konon telah ratusan tahun mengeluarkan semburan gas langsung dari perut bumi. Dimana air panas tersebut memiliki suhu panas mencapai 49 derajat di pusat semburan dan 36 derajat di sekitar pusat mata airnya. Kendati sangat sedikit kadar belerang yang terkandung di dalamnya, yang hanya mencapai 1 persen kandungan belerang, namun air yang dikeluarkan perut bumi itu benar-benar berasal dari aktifitas alam, tanpa adanya campur tangan manusia sedikitpun. Air panas yang berlokasi diatas areal tanah seluas 5 Hektar itu, selain dijadikan tempat pemandian untuk umum. Juga terdapat kolam pemancingan ikan yang setiap hari kerap dikunjungi ratusan pemancing yang berasal dari berbagai kawasan. Juga orang luar Lampung yang datang hanya untuk menjajal panasnya air produk alam Lampung. Fenomena alam tersebut tentu saja sangat mencengangkan banyak kalangan, mengingat mata air panas itu letaknya sangat jauh dari pegunungan. Bahkan tidak ada gunung berapi disekitarnya. Sedangkan secara ilmiah diketahui, menurut ilmu geologi dan geofisika, fenomena tersebut biasa terjadi bila letaknya ada dibawah kaki bukit atau gunung berapi. Sehingga dapat memicu tekanan pada mata air yang mampu memunculkan atau menyemburkan mata air panas. Berbeda dengan sumber mata air panas yang ada di Desa Merak Batin, Kecamatan Natar ini. Jangankan gunung berapi menjulang disekitarnya, bukit pun tidak nampak. Karena yang ada hanyalah areal persawahan yang membentang mengelilinginya. Aneh memang. Tapi itulah realitanya. Areal tersebut dari observasi sebagian besar tanahnya hampir memiliki bentuk permukaan yang datar. Sebagian berlumpur. Apa yang menjadi pemicu sehingga timbulnya mata air panas tersebut? Tentu saja ini menimbulkan tanda tanya besar bagi masyarakat setempat, yang kehabisan akal jika dilontarkan dengan pertanyaan tersebut. Jumat (20/2/09) lalu, ketika Fokus menyambangi lokasi tersebut dan bertemu langsung dengan pemilik sekaligus pengelola tempat itu, Muttaqien Djaja Taruna (58), mengatakan tidak dapat menyebutkan secara pasti kapan pertama kali mata air panas bumi itu ada dan apa yang menjadi pemicu munculnya semburan tersebut. ”Tanah ini warisan turun-temurun keluarga saya. Dari zaman puyang canggah saya Umpu Sebadjau, dimana terdapat difoto tua memoriamnya tercatat beliau wafat kalau tidak salah tahun 1886 atau 1868 yang lampau. Hingga ke kakek saya, Ratu Sebuay Djaja Taruna, sampai ke ayahanda saya Jardien Aja Sophia,” terangnya. Dijelaskan Muttaqien, ketiganya kini telah lama tiada, sekarang dirinya yang meneruskan mengelola mata air panas tersebut. Ia menerangkan, pada tahun 1963 bangunan lama yang ada di sekitar kolam tersebut dibongkar, dan mulai dibangun lagi pada tahun 1985 olehnya. Dimana sebelumnya masih terdapat banyak rawa-rawa dan belum menyediakan tempat pemandian, juga masih terdapat bangunan peninggalan zaman belanda, berupa pondasi sumur. ”Dulu kalau mau memasuki areal ini, hanya terdapat jalan setapak yang berlumpur. Tidak seperti sekarang, kendaraan apapun bisa masuk,” jelasnya. Lalu, pada tahun 2004, tambah Muttaqien, dirinya melakukan pembangunan fasilitas pemandian berupa atap dan kamar ganti yang berjumlah empat kamar. Dan saat ini, menurutnya, pemandian air panas bumi itu sudah ramai dikunjungi oleh orang-orang dari semua kalangan, karena dipercaya oleh banyak masyarakat berkhasiat sebagai therapi penyembuhan berbagai macam penyakit. Seperti stroke, encok, rheumatik dll. ”Mungkin sudah tak terhitung lagi orang yang mandi dan membuktikan air panas bumi ini bisa menyembuhkan penyakit luar, seperti penyakit-penyakit kulit,” ungkapnya. Hutapea (40), warga Desa Candimas, Kecamatan Natar, Lampung Selatan, salah satu dari puluhan pengunjung sore itu yang mandi di lokasi tersebut mengatakan, bahwa dirinya sering sekali datang untuk mandi di air panas itu. Bahkan diungkapkannya, dalam seminggu ia dapat berkunjung sebanyak empat kali. ”Mandi di sini dapat menyegarkan badan dan terlebih lagi biaya yang dikeluarkan pun terbilang cukup murah, hanya dua ribua perak saja kita dapat mandi sepuasnya. Ketimbang apa itu, spa sauna. Kalau ini alami, seger. Tapi anehnya, habis mandi di sini pasti lapar,” ujarnya, seraya menceriterakan pengalamannya, jika usai mandi di air panas tersebut, nafsu makannya jadi meningkat. Sementara itu, dari sembilan buah mata air panas yang terdapat di sana, terlihat belum dimaksimalkan dalam penggunaannya. Hanya satu sumber saja yang dimanfaatkan sebagai tempat pemandian. Sehingga tidak ada pemisahan tempat antara laki-laki, perempuan dan anak-anak. Menurut sang pemilik, hal itu lantaran keterbatasan dana pengelolaannya. Sementara menurut Haji Suli, juga salah seorang pengunjung, yang datang untuk mandi di lokasi tersebut, pengunjung kerap bergantian mengantri untuk berendam memanjakan tubuh mereka dengan kesadaran sendiri. ”Masing-masing pengunjung saling mngerti. Kecuali yang baru pertama kali mandi di sini. Mungkin slonong boy saja,” ucapnya. Dari pantauan belakangan ini, pemandian tersebut memang terbilang sangat ramai dikunjungi, baik warga dari sekitar Kecamatan Natar, maupun orang luar kawasan tersebut. Seperti warga Metro, Lampung Timur, Lampung Tengah, Tanjung Karang dan warga yang berasal dari luar Provinsi Lampung ini pun, banyak pula yang berkunjung hanya sekedar untuk mandi atau memancing beragam ikan di kolam pemancingan di sana. Terbukti dengan banyaknya puluhan kendaraan bermotor dan mobil pengunjung, dimana plat nomor kendaraan mereka berasal dari luar daerah itu kerap setiap hari terlihat di lokasi pemandian itu. Sekedar catatan, hingga saat ini asal muasal semburan mata air panas bumi yang ada di Kecamatan Natar tersebut masih menyimpan kabut misteri. Bahkan konon, menurut banyak warga sekitar, ahli firasat metafisik sekalipun tidak mampu menembus serat fakta dibalik Kekuasaan Ilahi itu. Menurut Husin, warga Merakbatin, yang bergelar Suttan Syah Bandar, air panas bumi tersebut ada keterikatan sejarah masa lampu dengan Kerajaan-kerajaan di Nusantara. ”Makanya di sini sering orang zaman dulu menyebutnya puting bumi. Coba saja Anda buktikan, jika ada letusan-letusan gunung merapi di nusantara, air panas di sini panasnya menjadi luar biasa,” terangnya. er

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda