22 September 2008

Perjuangan Jadi Pemimpin Penuh Tantangan

FOKUS - Perjalanan Zainal Abidin masuk Lampung Utara penuh tantangan. Dimulai pada tahun 2001 ia menjabat wakil bupati. Keberadaannya kala itu, tidak mulus. Sebab, pada saat itu banyak yang menentang hadirnya seorang Zainal di Lampung Utara. Demo terus dilakukan, baik dari birokrat maupun ormas. Semuanya menolak keberadaan Zainal Abidin sebagai wakil bupati. Massa terus berteriak di DPRD Lampura, mereka meminta DPRD untuk tidak merekomendasikan wakil bupati. Namun pada saat itu, DPRD terus melaksanakan agenda untuk menetapkan Zainal Abidin sebagai Wakil Bupati Lampura. Akhirnya, massa yang terdiri dari beberapa unsur itu mengepung DPRD Lampura, dan anggota DPRD meninggalkan tempat melewati pintu belakang Gedung DPRD, sehingga bentrokan tidak terjadi. Perjalanan Zainal tak hanya sampai disitu. Pra-pelantikan sebagai wakil bupati, jadwal molor sampai dua bulan lebih. Itu disebabkan banyaknya unsur PNS yang menolak keberadaan wakil bupati. Akhirnya, penantian Zainal pun tiba. Ia dilantik menjadi wakil bupati pada tahun 2001. Seiring dengan perjalanan kariernya sebagai wakil bupati, maka eksistensinya mulai diterima masyarakat Lampura. Menjelang akhir masa jabatan bupati-wakil bupati pada tahun 2003, Zainal Abidin berniat mencalonkan diri sebagai bupati. Namun, niat itu diurungkannya. Sebab pada saat itu, Hairi Fasyah juga mencalonkan diri lagi. Akhirnya, Zainal mundur teratur dan bergandengan kembali dengan Hairi Fasyah. Hubungan keduanya terbilang sangat harmonis, sehingga tak heran kemajuan Lampura saat ini berkat kerja mereka berdua. Menjelang tahun 2007, niat Zainal Abidin untuk mencalonkan diri sebagai bupati kembali timbul. Akhirnya, setelah konsultasi -baik dengan keluarga maupun partainya (PDI-P)- ia bertekad maju pada pilkada 2008, berpasangan dengan seorang tokoh agama; Drs Hi Rohimat Aslan. Ternyata pilihan Zainal terhadap Rohimat sangat tepat, sebab selain dikenal sebagai tokoh agama, dia juga Kakandepag Lampura. Dan tidak itu saja, Rohimat juga sudah dikenal oleh masyarakat Lampura hingga Lambar dan Way Kanan. Dan tak terasa, langkah Zainal menuai hasil. Pada saat penghitungan suara akhir di KPU Lampura pada 14 September 2008, ia dan Rohimat dinyatakan unggul sekaligus ditetapkan menjadi bupati dan wakil bupati Lampura periode 2008-2013. Namun, perjalanan Zainal nampaknya seperti pada saat ia menjabat sebagai wakil bupati pada tahun 2001. Aksi demo kembali terjadi, tidak menerima kemenangan Zainal yang telah ditetapkan KPU Lampura. Melihat aksi massa itu, dengan kalem Zainal berkata: “Inilah Demokrasi!” rj

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda