09 November 2008

9 SMPN Kota Jadi SRSN

PERKEMBANGAN dunia pendidikan di Kota Bandar Lampung makin membaik. Buktinya, ada sembilan SMPN di ibukota provinsi ini yang masuk kriteria menjadi sekolah rintisan standar nasional (SRSN). Oh ya? Begitulah hasil penelusuran Fokus. SMPN mana saja yang menjadi SRSN tersebut? Yaitu SMPN 8, SMPN 10, SMPN 18, SMPN 19, SMPN 20, SMPN 21, SMPN 23, SMPN 24, dan SMPN 30. Sedang SMPN yang masuk daftar sekolah standar nasional (SSN) SSN diantaranya SMPN 3, SMPN 5, dan SMPN 9. Dan yang masuk daftar SRBI ada dua SMPN yaitu SMPN 2 dan SMPN 1. Namun dengan kepercayaan kenaikan status tersebut, membuat pendidiknya justru khawatir. Hal itu seperti diungkapkan Dra Nyimas Nelli. Kepala SMPN 21 Bandar Lampung, yang juga ditunjuk melaksanakan Rintisan Standar Nasional (RSN), ini terus terang merasa khawatir bila amanat tersebut tidak dapat terlaksana. Kenapa? “Karena untuk menjadi sekolah RSN harus memenuhi kriteria yang telah digariskan oleh Kepmendiknas, yaitu harus memiliki laboratorium bahasa, komputer, lab IPA, internet perpustakaan, dan lab multimedia,” tuturnya. Tak hanya itu. Sekolah yang menjadi SRSN juga harus memenuhi standar sarana prasarana, tenaga kependidikan, pembiayaan, pengelolaan, standar isi, proses, penilaian dan standar kelulusan. Tentang pendanaan RSN, Nyimas Nelli menjelaskan, didanai oleh APBN, yang pada tahap I senilai Rp 100 juta, tahap II Rp 75 juta, dan tahap III Rp 50 juta. “Apabila dari setiap tahap yang dilampaui ini bisa memenuhi kriteria penilaian standar RSN, maka akan ditingkatkan menjadi SSN dan SBI. Tetapi sebaliknya, apabila dari ketiga tahapan tersebut dinilai tidak ada peningkatan, akan dicabut haknya untuk menjadi RSN,” kata Nyimas Nelly. Ditanya apa keunggulannya, menurut Nyimas Nelly, RSN akan mempengaruhi peningkatan SDM guru, karena itu telah disediakan dana untuk peningkatan SDM secara bertahap bagi sembilan SMPN yang ditunjuk menjadi RSN, bentuknya antara lain mengadakan workshop komputer, Bahasa Inggris, dan lain-lain. Mengenai apakah RSN bakal mampu mendongkrak mutu pendidikan, Nyimas Nelly mengaku, hal ini belum dapat diprediksi, karena banyak faktor yang mempengaruhi peningkatan mutu pendidikan dan hal ini harus dilaksanakan secara senada. Ia memberi contoh, pelaksanaan UN sering diprediksi menjadi sesuatu yang menakutkan, padahal UN adalah rangkaian proses untuk mengukur kemampuan siswa dan hasil dari proses KBM yang dilaksanakan oeh guru dan siswa pada masing-masing sekolah. hp

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda