05 November 2008

Disbun Serius Selamatkan Kakao

Buat Kebun Percontohan Pengendalian OPT DINAS Perkebunan Provinsi Lampung di 2008 ini cukup serius dalam menyelamatkan tanaman kakao, dimana 91,40% dari lahan seluas 40.045 hektar yang ada, merupakan perkebunan rakyat. Keseriusan itu dilahirkan dengan membuat kebun percontohan pengendalian organisme pengganggu tanaman atau OPT. Kepala Dinas Perkebunan Provinsi Lampung, Ir Masdulhaq, menjelaskan, permasalahan yang dihadapi dalam usaha perkebunan tanaman kakao di daerah ini antara lain tingkat produktivitas rata-rata yang masih rendah, yang hal ini disebabkan karena kehilangan produksi akibat serangan organisme pengganggu tanaman (OPT) hama penggerek buah kakao (PBK), helopeltis antonii, penyakit busuk buah kakao serta OPT lainnya yang belum dikendalikan secara optimal. Ia mengakui, serangan OPT, khususnya PBK, semakin meningkat dan meluas di Provinsi Lampung. Hal ini bisa dilihat dari data serangan pada awal tahun 2007 seluas 2.200 hektar dan meningkat hingga tiga kali lipat pada akhir 2007 menjadi 7.793 hektar. “Kondisi ini menyebabkan adanya kerugian hasil hingga mencapai lebih dari Rp 16,7 miliar,” katanya lagi. Terkait dengan masalah tersebut, menurut dia, perlu dilaksanakan perlindungan tanaman yang menerapkan konsep pengendalian hama terpadu (PHT). Dimana hal ini merupakan suatu konsep pengendalian hama, penyakit, dan gulma dengan memadukan berbagai cara pengendalian yang kompatibel serta secara ekologid dan ekonomis dapat dipertanggungjawabkan. Untuk mewujudkan hal tersebut, “Maka pada tahun 2008 ini Dinas Perkebunan Provinsi Lampung akan menyelenggarakan Rintisan Pengendalian OPT pada tanaman kakao yang diwujudkan melalui kebun percontohan aplikasi PHT dan Farmer Field Day (FFD) agar petani pekebun memahami bentuk aplikasi PHT di kebun kakao,” Masdulhaq menambahkan. Mengenai tujuan rintisan pengendalian OPT tersebut, dikatakannya untuk meningkatkan kemampuan pekebun dalam melaksanakan pengendalian OPT kakao secara terpadu dan berkurangnya kehilangan hasil kakao akibat adanya serangan OPT. Lalu berapa banyak kebun percontohan yang akan dibuat Dinas Perkebunan Provinsi Lampung? Masdulhaq menyatakan sedikitnya di tahun 2008 ini akan dibuat Kebun Percontohan Pengendalian OPT Kakao di enam kabupaten; Tanggamus, Lampung Timur, Lampung Tengah, Lampung Selatan, Pesawaran, dan Bandar Lampung, dengan masing-masing kebun percontohan seluas 1 hektar. Tentang lingkup kegiatan program ini, Masdulhaq menjelaskan, kegiatan pokok berupa pemangkasan, sanitasi, panen sering dan rampasan buah, pemupukan, sarungisasi buah kakao, pemanfaatan musuh alami, serta pengendalian petani di sekitar kebun contoh. *Gubernur Membantu Meski untuk program ini terkait dengan penyediaan sarana perlindungannya sedapat mungkin disediakan oleh petani, namun menurut Masdulhaq, pemprov tidak hanya berpangku tangan. “Gubernur akan membantu untuk pembuatan kebun percontohan ini di masing-masing daerah,” kata dia. Apa saja bantuannya? Mulai dari biaya upah tenaga kerja (HOK) yang meliputi pembuatan lubang sanitasi, sanitasi dan pemetikan buah, pemangkasan, pemupukan, sarungisasi, dan penyemprotan pestisida. Selain itu, sarana pertanian semacam obat-obatan dan alat pertanian kecil, semacam ragi kompos, pupuk kandang, pestisida, NPK, pisau pangkas, paralon plastik, kantong plastik, karet gelang, hand sprayer, dan biaya kompensasi pemetikan buah. Masdulhaq menjelaskan, kegiatan yang ditangani Subdinas Bina Produksi Dinas Perkebunan Provinsi Lampung ini melibatkan instansi terkait, antara lain dinas yang membidangi, UPTD Balai Perlintan Perkebunan, serta petugas UPPT dan pengendali OPT serta pemandu lapang. Dikatakan, teknologi pengendalian OPT utama kakao adalah teknologi yang telah diuji oleh Puslitkoka, BPPT, dan perguruan tinggi maupun UPTD Balai Perlintan Perkebunan serta pengalaman pekebun. “Tujuan akhir dari program ini adalah mengembalikan kondisi pertumbuhan tanaman kakao pada kondisi optimal dan menurunkan intensitas serangan OPT,” Masdulhaq menambahkan. bf Teknologi Pengendalian Yang Digunakan 1. Pemangkasan, untuk meningkatkan pembungaan dan pembuahan, memperbaiki asrasi kebun, mempermudah manajemen tanaman, dan meningkatkan intensitas cahaya matahari. 2. Sanitasi dengan pembuatan lubang sanitasi untuk membunuh larva PBK dan OPT. 3. Panen sering dan rampasan buah dengan tujuan memutus siklus PBK. 4. Pemupukan berimbang yaitu pemupukan organik dan anorganik sesuai dengan petunjuk teknis. Pupuk anorganik diberikan dua kali pertahun yaitu di awal dan akhir musim penghujan, sedangkan pupuk organik diberikan pada awal musim kemarau. 5. Sarungisasi (penyarungan buah kakao) untuk mencegah imago PBK meletakkan telur pada buah kakao. 6. Aplikasi pestisida dengan memperhatikan sasaran penyemprotan, jenis insektisida, dosis yang digunakan, dan periode serta frekuensi aplikasi. 7. Pemanfaatan semut hitam dan semut rangrang sebagai musuh alami PBK. ***

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda