26 Agustus 2008

“Suharto Yang Kepengen…!”

PROSES penentuan calon anggota legislatif (caleg) banyak memunculkan riak. Tak hanya di Partai Amanat Nasional (PAN) adanya reaksi. Diam-diam di tubuh Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Provinsi Lampung pun hal serupa terbaui letupannya.
Menurut penelusuran Fokus, sampai akhir pekan kemarin terdapat beberapa fungsionaris dan kader partai Bintang Sembilan itu patah arang terkait dengan penyusunan daftar caleg yang telah diserahkan ke KPU Lampung.

Apa pasal? Tidak lain adalah ditempatkannya Drs Hi Suharto, mantan Walikota Bandar Lampung dua periode, di nomor urut 1 dari daerah pemilihan Bandar Lampung untuk menjadi anggota DPRD Provinsi Lampung melalui Pemilu 2009 mendatang. Para fungsionaris –yang sayangnya keberatan ditulis namanya di koran- menyatakan sangat tidak wajar jika Suharto ujug-ujug menduduki nomor urut 1.

Padahal selama ini, utamanya saat kisruh PKB Gus Dur dan Muhaimin, ia sama sekali tak berbuat apapun dan kepemimpinan Musa Zainuddin dapat bertahan sampai kini karena di-back-up oleh beberapa fungsionaris utamanya.

Maka, “Sekarang ini di kalangan teman-teman PKB ada istilah ‘Suharto datang, Musa Zainuddin ongkang-ongkang’. Istilah ini sudah menyebar ke seluruh wilayah,” tutur seorang fungsionaris DPW PKB Lampung.

Apa maksudnya? Diuraikanlah, saat masa penjaringan cagub-cawagub dulu, Drs Hi Suharto berpasangan dengan Hairi Fasyah pernah ngebet bisa diusung oleh PKB. Konon kabarnya, pasangan ini telah keluar dana Rp 700 jutaan untuk memuluskan syahwat politiknya. Namun ujung-ujungnya, partai yang dikendalikan Musa Zainuddin tersebut mendukung pasangan Andy Achmad Sampurna Jaya-M Suparjo. Tentu saja, begitu urai sumber Fokus, semuanya tidak gratis. Disebut-sebut adanya angka Rp 1 miliar yang dirogoh pasangan AJO untuk mendapat dukungan PKB.

Nah, “Kini dengan ditempatkannya Drs Suharto di nomor urut 1 sebagai caleg dari Bandar Lampung, semua tahu itulah kompensasi politik yang diberikan Musa Zainuddin. Dengan begitu dia tinggal ongkang-ongkang kaki saja karena tidak perlu mengembalikan dana Rp 700 juta yang pernah diberikan waktu pendaftaran cagub-cawagub dulu,” beber sumber itu.

Benarkah demikian bargaining politik yang dimainkan Musa Zainuddin terhadap masih meletup-letupnya syahwat politik Suharto? Kamis (21/8) siang melalui telepon seluler Fajrun Najah Ahmad dari Fokus mengonfirmasikan persoalan tersebut ke ketua DPW PKB Lampung itu, berikut petikannya:

Ada kabar, ditempatkannya Drs Suharto di nomor urut 1 untuk caleg DPRD Lampung dari Bandar Lampung sebagai kompensasi politik imbas dari pencalonan gub-wagub dulu, benar begitu?

Ah, siapa bilang? Nggak ada itu.

Yang benar bagaimana?

Pak Suharto memang mendaftar sebagai caleg.

Bukan karena Anda yang memintanya?

Tidak, nggak pernah saya meminta beliau untuk mendaftar caleg.

Bisa Anda jelaskan kronologisnya?

Begini, suatu saat beliau menelepon saya. Bilang kalau mendaftar caleg. Ya saya persilahkan dong. Beliau menyatakan sebenarnya ada beberapa partai yang tertarik untuk mencalonkannya sebagai caleg, tapi beliau bilang lebih tertarik dengan PKB, karena itu mendaftar di PKB.

Apa alasan Suharto tertarik mendaftar di PKB?

Kata beliau, karena saat ini PKB sedang berbenah, dari pusat sampai ke daerah. Itu yang dikatakan beliau. Jadi, memang beliau yang kepengen mendaftar di PKB, bukan saya memintanya. Dan selama ini pun komunikasi kami hanya melalui telepon, tidak pernah bertemu secara fisik.

Ada yang menilai, ditempatkannya Suharto di nomor urut 1 itu sebagai kompensasi karena dulu dia pernah keluar uang banyak saat mau mendaftar cagub, menurut Anda?

Itu penilaian tidak berdasar. Mengada-ada itu. Fitnah namanya. Ini murni karena beliau mendaftar sebagai caleg, dan sebagaimana ketentuan, PKB memang membuka pendaftaran caleg untuk umum, yaitu mulai dari kader partai, kaum nahdliyin baik secara kultural maupun struktural, tokoh masyarakat, alim ulama, cendekiawan, sampai ke profesional. Nah, beliau itu kan masuk dalam kriteria tokoh masyarakat. Jadi nggak ada yang aneh atau keluar dari proses yang berlaku di partai.

Kenapa bukan kader partai yang di nomor 1?

Begini, dalam dua kali pemilu, dari daerah pemilihan Bandar Lampung PKB tidak pernah mendapatkan wakil untuk DPRD Provinsi Lampung. Ini realitasnya. Nah, kalau Pak Suharto yang kita pasang di nomor urut 1, kans untuk jadi cukup besar. Beliau kan cukup populer untuk masyarakat Bandar Lampung. Barangkali, dengan ditempatkannya beliau di nomor urut 1 akan mendongkrak perolehan kursi PKB untuk DPRD Provinsi Lampung. Ini pertimbangan kami.

Kabarnya Suharto tidak didukung kader dan simpatisan partai?

Siapa bilang? Dukungan untuk beliau justru cukup banyak. Mulai dari alim ulama, kalangan mantan birokrat, tokoh masyarakat sampai ke pondok pesantren yang ada di Bandar Lampung menyatakan dukungannya kepada Pak Suharto kok. Jadi jelas pertimbangannya kenapa beliau yang kita tempatkan di nomor urut 1. Kalau kader-kader partai yang lain kita tempatkan, saya khawatir perolehan suara PKB akan jeblok seperti dua pemilu sebelumnya. Dalam konteks ini, kepentingan partai yang kita kedepankan.

Tapi keputusan ini menyulut ketidakpuasan kader?

Ya, mungkin memang ada segelintir kader yang tidak puas. Tapi saya kan bukan alat pemuas, hahaha

Anda yakin penempatan Suharto di nomor urut 1 tidak akan menimbulkan gejolak di PKB?

Insya Allah tidak. Saya tidak mau berandai-andai. Yang jelas sampai hari ini tidak ada persoalan dengan penempatan beliau. ***

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda