13 Oktober 2008

Fraksi PKB Tinggal Kenangan

HABIS sudah karier politik enam anggota Fraksi PKB DPRD Lampung periode 2004-2009. Karena mereka tak dicalonkan lagi oleh partainya. Memang, Hi Muhammad Ismet Romas, MBA, masih lebih baik nasibnya dibanding lima koleganya; M Habib, Drs Dirhamsyah, MM, Dra Fita Nahdia, KH Ahmad Zuhri, maupun KH Daroini Ali. Tapi posisinya sebagai caleg DPR-RI di nomor urut 3 sama dengan pepesan kosong. Beberapa sumber Fokus menegaskan, tidak dicalonkannya kembali keenam anggota Fraksi PKB DPRD Lampung pada pemilu tahun depan tidak lepas dari konflik internal partai, dimana mereka sampai titik akhir bersikukuh tetap berposisi pada PKB Gus Dur, sedang yang memenangi perebutan kekuasaan di “Partai NU” tersebut kubu Muhaimin Iskandar. Masuknya Ismet Romas dalam daftar caleg DPR-RI dari dapil 1 pun karena putra tokoh NU, Romas Jayasaputra almarhum itu pada detik-detik terakhir “berpaling” ke kubu Muhaimin. Meski ironisnya, ia menempati nomor urut 3, dibawah dua wanita yang selama ini tidak pernah jelas kiprahnya di daerah Lampung. Lalu apa kata Ketua DPW PKB Lampung, Drs Musa Zainuddin, terkait di-lengser-kannya seluruh anggota Fraksi PKB DPRD Lampung saat ini? Sayangnya, ia tak mau memberi jawaban pasti. Musa hanya menegaskan, regenerasi sangat diperlukan bagi peningkatan peran politik partainya untuk kemaslahatan rakyat Lampung. *Profil Kenangan Keenam politisi asal PKB yang selama ini mentas di panggung DPRD Lampung dimotori oleh Hi Muhammad Ismet Romas, MBA. Pria kelahiran Jakarta 5 Oktober 1956 itu sepanjang karier politiknya di DPRD Lampung menjabat wakil ketua. Politisi yang selalu ramah dan tampil ceria ini dikenali sebagai aktivis tulen di kalangan NU. Ia pernah memimpin PW GP Ansor Lampung dengan sukses. Geliatnya ke masyarakat pun sangat tinggi. Suami Amilian Suwartina, SE, dan ayah dari; Muhammad Adrian dan Muhammad Raihan, ini pun memiliki hubungan yang baik dengan berbagai kiai NU. Hanya, pembawaannya yang amat low profile menjadikan kiprah politiknya kalah “mencorong” selama di lembaga legislatif. Ismet Romas memang sosok yang penuh kehati-hatian, dengan hitung-hitungan yang sangat matang. Lalu Mohammad Habib. Politisi bertubuh tambun ini juga dikenal sebagai sosok pendiam. Pria kelahiran 19 November 1970 ini termasuk salah satu tokoh muda NU yang cukup lama nyantri politik pada Gus Dur. Pernah menjadi ketua IPNU Lampung, Habib cukup sukses merangkai karier politik di usia muda. Bicaranya santun, hati-hati dan bagi beberapa kalangan dinilai sangat bertele-tele. Tapi justru disitulah kelebihannya. Ia amat cermat, dan setiap langkah politik yang diambilnya penuh dengan berbagai pertimbangan. Bagaimana Drs Dirhamsyah, MM? Ia dikenal sebagai politisi yang selalu ceria dan optimistis. Dalam keseharian, wajah pria kelahiran 28 Mei 1963 ini tak pernah tampak “kusut masai”. Senyum selalu menghiasi bibirnya. Suami Dra Belly Insani dan ayah dari; Akhmad Nurzaki, Rita Zahara, dan Rizka Ayu Savitri ini termasuk politisi yang menapak karier dari tingkat bawah. Pria yang tinggal di Jl Bunga Lili III/2 Perumnas Way Kandis, Bandar Lampung, itu tak hanya dikenal sebagai konseptor tapi juga pelaksana yang tangguh. Kemampuan manajerialnya kian matang setelah ia menyelesaikan pendidikan S-2 Magister Managemen dari Unila dua tahun silam. Sementara Dra Fita Nahdia merupakan cucu kiai sepuh NU Lampung; KH Abu Abdillah almarhum. Sejak kecil, wanita kelahiran 9 September 1970 itu telah dididik dalam suasana pendidikan keagamaan khas NU yang sangat kental di Pondok Pesantren Darul Ma’arif, Tegineneng, Lampung Selatan. Saat mahasiswi, Fita yang bersuamikan Drs Ahmad Haryono dan ibu dua anak; Safira Izzati Putri dan Farah Diba Zayini menggembleng dirinya dengan aktif di Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII). Bisa dibilang, ia merupakan tokoh wanita muda NU yang handal. Karena itu dalam kegiatannya di DPRD Lampung lima tahun belakangan ini, acapkali ia memberi “warna”, bukan sekadar penonton apalagi pelengkap penderita. Sayang kini karier politiknya terhadang. Sedangkan KH Ahmad Zuhri selama ini dikenal sebagai anggota DPRD Lampung yang luwes dalam bergaul dengan sesamanya. Alur pikir pria kelahiran Demak, 12 Agustus 1948, ini pun sangat tangguh. Jaringannya ke masyarakat cukup baik, apalagi selama ini suami dari Ruqqiyah dan ayah enam ayah itu cukup aktif sebagai penceramah. Yang terakhir adalah KH Daroini Ali. Inilah politisi paling nyentrik di DPRD Lampung sepanjang periode 2004-2009. Pria kelahiran Banyuwangi, 4 Juli 1959, itu selalu memakai kain sarung. Sekalipun ia tidak pernah memakai celana panjang. Pun selalu memakai kopiah. Suaranya cukup nyaring dalam memperjuangkan hal-hal yang diyakininya. Dalam kehidupan sehari-hari, Daroini Ali disibuki dengan kegiatan pondok pesantren yang dipimpinnya, ditambah memenuhi undangan ceramah di berbagai tempat. Tak pelak, sosok Daroini Ali sesungguhnya adalah figur yang menggambarkan “Politisi NU”, meski sarungan namun tetap moderat dan tak ketinggalan perkembangan kehidupan masyarakat. Sayang, ke depan keenam anggota Fraksi PKB DPRD Lampung itu turun panggung. dd

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda