15 Desember 2008

Ketua DPRD Lampung Nelongso

MENUNAIKAN ibadah haji melalui jalur reguler, rupanya, memang memiliki pertimbangan tersendiri bagi Ketua DPRD Lampung, Indra Karyadi, SH. Sebagai wakil rakyat, tokoh Partai Golkar ini ingin merasakan langsung apa yang dialami jamaah haji. Hasilnya? Nelongso-lah dia. Lho kenapa? “Saya menyaksikan sendiri bagaimana seorang jamaah wafat di Jedah saat kami baru mendarat akibat keterbatasan peralatan kesehatan,” tutur Indra Karyadi melalui hubungan telepon internasional, Jumat (5/12) siang. Apa saja “Kabar-Kabari Dari Tanah Suci” yang disampaikan Ketua DPRD Lampung –yang selama di Makkatul Mukarromah tinggal di Maktab 24 Nuzah Zahir, rumah nomor 941- itu dalam wawancara khusus dengan Fajrun Najah Ahmad dari Fokus? Berikut petikannya: Bagaimana kabar Anda?
Alhamdulillah, sampai saat ini saya dan rombongan diberi kesehatan dan kelancaran dalam beribadah. Doakan ibadah selanjutnya, utamanya saat wukuf di Padang Arofah dan melontar jumrah nanti kami semua tetap diberi kemudahan. Bagaimana kesan Anda setelah sampai ke Tanah Suci terkait pelayanan ibadah haji?
Wach, banyak yang harus dibenahi kedepannya. Saya memang sengaja memilih berangkat ke Tanah Suci melalui pemberangkatan reguler seperti mayoritas jamaah kita. Saya menilai, sudah saatnya pemerintah daerah lebih memperhatikan nasib jamaah haji daerahnya, utamanya dalam hal kesehatan dan tempat tinggal atau maktab. Bisa dijelaskan kenapa?
Saya kan tergabung di Kloter 40, saat kami mendarat di Jedah, ada satu jamaah yang wafat. Menurut saya, seharusnya jamaah itu dapat ditolong bila perlengkapan tim kesehatan kita memadai. Tapi ya begitulah akhirnya, terlepas dari masalah takdir, kalau saja peralatan kesehatan yang dimiliki tim kesehatan jamaah kita lebih baik dan lengkap, akan lain ceritanya. Kalau soal tempat tinggal?
Saya dan rombongan di maktab 24, jaraknya sekitar 4 Km dari Masjidil Haram. Nggak jauh-jauh amat sih. Tapi saudara-saudara kita yang lain, yang tinggal di Sauqiyah dan Aziziyah misalnya, harus menempuh jarak 7 Km untuk ke Masjidil Haram. Tentu saja hal ini sangat menyulitkan, apalagi rata-rata jamaah kita kan sudah pada sepuh. Jadi banyak yang harus diperbaiki kedepannya, begitu?
Betul. Saya juga sempat berkomunikasi dengan Gubernur Bengkulu, Pak Agusrin, yang juga memilih berangkat ke Tanah Suci bersama jamaah reguler. Beliau juga mencatat hal-hal yang harus diperbaiki kedepannya. Saya kira pemerintah daerah perlu membicarakan perbaikan-perbaikan pelayanan ibadah haji itu dengan Departemen Agama. Sengaja memilih berangkat secara reguler karena ingin merasakan langsung yang dialami mayoritas jamaah, begitu?
Iya, saya memang niatkan demikian. Kita kan dimata Allah sama saja, yang membedakan hanya soal ketakwaan kita saja. Tapi sebagai wakil rakyat, saya memiliki tanggung jawab moral untuk melakukan perbaikan-perbaikan dalam pelaksanaan ibadah haji kedepannya agar lebih khusu’. Yang akan Anda lakukan?
Nanti akan saya sampaikan ke eksekutif. Dengan demikian, eksekutif akan berkoordinasi dengan Departemen Agama. Saya menilai, kedepan perlu kesungguhan pemerintah daerah untuk meningkatkan pelayanan kepada jamaah haji kita. Ada peristiwa-peristiwa luar biasa yang sempat Anda alami?
Nggak ada, biasa-biasa saja. Yang jelas, sebagai Tamu Allah, saya ke Tanah Suci untuk beribadah. Itu saja. Sekian dulu ya, lain waktu kita sambung lagi. ***

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda