16 Januari 2009

Junariyah Semangati Kaum Hawa

Tetap Dinomorduakan Dalam Dunia Politik KETERWAKILAN wanita di gedung rakyat belum terpenuhi sesuai aturan dan keinginan khalayak. Kendati saat ini sudah banyak perekrutan kaum hawa untuk calon legislatif, tapi hanya sekadar memenuhi kuota saja. Karena kenyataannya, dominasi nomor jadi masih saja ditempati kaum pria. Realitas politik yang masih menomorduakan kaum hawa inilah yang menjadi keprihatinan Junariyah, calon anggota DPRD Way Kanan dari PDIP. Itu sebabnya, bendahara PAC PDIP Kecamtan Banjit itu bertekad akan memperjuangkan nasib kaum hawa jika terpilih sebagai legislator melalui Pemilu 2009 mendatang. “Perjuangan memang perlu keberanian. Tapi semua ini adalah pertaruhan. Dan apakah kita memang sudah siap atau hanya jadi sebagai pelengkap sebuah kuota. Ya, memang harus berjuang, dan saya bertekad memperjuangkan kaum hawa,” tegas Junariyah yang kini berjuang di DP V; Banjit, Kasui, dan Rebang Tangkas dengan nomor urut 5 ini. Bagaimana kesiapan ibu dua anak kelahiran 14 Januari 1977 ini mentas ke panggung legislati? Fito AS, wartawan Fokus, akhir pekan kemarin mewawancarainya, berikut petikannya:
Banyak caleg yang kini mulai mengumbar janji-janji, Anda sendiri bagaimana? Kalau saya tidak akan berjanji. Karena yang namanya janji hanyalah hanyalah sebuah hiasan yang hanya enak ketika dilihat tetapi tidak bisa dinikmati.
Tapikan janji-janji itu bumbunya kampanye, menurut Anda? Kita ini adalah rakyat, dan janji itu selalu kita dengar. Ketika saya ingin berjuang dan memperjuangkan, untuk apa saya banyak janji, yang penting bagaimana tindakan kita sebelumnya dan nanti. Saya kira, itu sudah cukup dilihat dan dirasakan oleh semua orang. Ada pepatah, kalau tidak bisa membantu, paling tidak jangan merusak. Anda termasuk pendatang baru dikancah politik, menurut Anda politik itu seperti apa? Betul, saya memang bisa dibilang pendatang baru dalam kancah politik. Tapi komitmen saya jelas, hanya ingin memberikan yang terbaik bagi kaum hawa dan juga masyarakat. Dan menurut saya, lama atau tidaknya kita berada dalam posisi disebuah organisasi, bukanlah sebuah jaminan untuk mengerti apa arti beroganisasi itu, terutama mengenai partai politik.
Maksudnya? Saya hanya ingin yang namanya politik ini bukan sebuah ajang memolitiki masyarakat untuk meraih sebuah kemapanan diri sendiri. Tetapi politik sudah saatnya berubah untuk bagiamana dengan politik sebuah partai, kita mengangkat masyarakat untuk lebih maju dan mengerti kemajuan sebuah zaman. Ini pendapat saya dan akan saya perjuangkan.
Target Anda mendapat dukungan yang bagaimana? Saya bertekad meraih suara terbanyak dengan dukungan murni bukan dukungan semu. Yang saya maksud dukungan murni adalah sebagai dukungan yang datang karena memang warga mengerti siapa calon yang maju sebagai caleg. Sedangkan dukungan semu adalah dukungan yang datang karena iming-iming atau karena uang.
Jadi Anda tidak setuju dengan dukungan karena uang, begitu? Kalau itu sudah pasti. Kita semua harus mulai belajar, bahwa tidak selamanya dukungan itu datang karena uang. Inilah politik yang salah, dan masyarakat harus mulai menyadari, jika seseorang duduk karena uang, tentunya nantinya tidak akan pernah memikirkan bagaimana masyarakat ini maju dan membawa pembangunan lebih baik. Tapi dia akan berpikir, bagaimana mengembalikan dana yang sudah dihamburkan saat pencalegan. Apa selamanya kita akan begitu?
Bagaimana dengan masyarakat, apa juga sudah tidak terpengaruh dengan politik uang? Saya yakin kok masyarakat sudah mengerti bahwa wakil yang akan didukungnya adalah benar-benar seseorang yang akan bisa membawa aspirasi mereka. Masyarakat kini sudah mulai mengerti siapa calon yang harus didukung. Dan saya yakin uang tidak akan mudah menyilaukan mereka. Kenyataannya masih banyak caleg yang menghamburkan uang, apa Anda tidak minder menghadapinya? Ya mereka punya uang banyak, jadi ya wajar kalau caranya begitu. Tapi kan masyarakat bisa menilai kalau mau berbuat baik kenapa nggak dari dulu, yang berubah ramah saat pencalonan saja banyak kok, ha… ha… ha…
Ngomong-ngomong, apakah sejak lama Anda sudah mempersiapkan diri akan maju sebagai caleg? Jujur ya, sebenarnya tidak pernah terbersit dalam pikiran saya sebelumnya kalau pada kancah pemilu tahun depan ini maju jadi caleg. Apalagi dari suami pun nggak pernah ada dorongan untuk itu. Tapi pada rapat terakhir di PAC, ternyata rekan-rekan mendorong saya untuk maju, begitu juga dorongan dari Ketua PAC, Pak Kamto, dan juga dari pengurus DPC PDIP Way Kanan.
Apa kata teman-teman yang mendorong Anda? Mereka bilang saya harus maju. Karena ini merupakan proses pembelajaran. Dan sebuah peluang untuk lebih banyak bisa membantu masyarakat. Jadi, ya saya coba untuk maju.
Bagaimana pandangan Anda tentang mulai banyaknya caleg wanita? Menurut saya, di periode mendatang pencalegan seorang wanita bukan hanya sebagai pelengkap, tetapi benar-benar diposisi yang tepat. Sehingga kursi wanita di DPRD sesuai dengan aturan dan keinginan kaum hawa. Tapi, kalau penempatan caleg wanita hanya untuk memenuhi kuota, bahasa Jawa-nya hanya untuk genep-genep atau bahasa Semendo-nya dari pada dikde atau dek bedie, ya selamanya nggak akan bisa terwakili. Ya apa maksudnya, Anda jabarkan sendiri-lah.
Mengapa Anda memilih PDIP? Yang pasti, visi dan misinya sesuai dengan apa yang saya harapkan. Dan sudah banyak bukti bahwa PDIP memang berjuang untuk wong cilik. Oh ya, bagaimana Anda menyiasati lawan-lawan politik yang menghamburkan uang? Ya santai ajalah. Toh masyarakat akan bisa menilai, jabatan, kedudukan dan hidup ini adalah milik Allah, jadi kita serahkan saja pada-Nya, selian itu kita juga berikhtiar. Dengan banyaknya partai dan caleg yang maju, apakah menurut Anda sangat berat untuk meraih suara 30%? Wah, kalau itu sudah jelas, apalagi kalau selama ini memang sudah dikenal sebagai seorang pilitikus, banyak duit lagi. Ya itu sangat berat tersaingi dan nggak mungkin orang seperti saya mau mengalahkannya. Tapi semua itu kan seperti yang saya katakan, penilaian ada pada rakyat. Apakah kira-kira Anda bisa meraih suara 30%? Ya jangan ditanya begitulah. Yang jelas saya akan tetap berusaha semampu saya. Doakan saja. Paling tidak saya sudah berbuat untuk meyakinkan pendukung dan masyarakat bahwa PDIP adalah pilihan yang tepat.
Apakah sebelumnya ada partai lain yang menawari Anda untuk bergabung dan ditempatkan sebagai caleg pada urutan nomor kecil? Wah, kalau itu sudah banyak. Tapi prinsip saya bukan kutu loncat gitu. Bahkan saya pernah ditawari untuk diurutan dua atau satu, biaya ditanggung. Tapi saya tetap berprinsip PDIP-lah yang sesuai. Biarpun sekarang urutan saya nomor buncit, biarlah inikan sambil belajar. Kira-kira berapa suara terendah yang bisa Anda capai? Ya kalau maunya ya jangan rendah-rendah. Ah, masalah itu biarlah berjalan apa adanya. Jadi nggak bisa kita ukur sekarang. Profil Junariyah
Tempat/tgl Lahir : Banjit, 14 Januari 1977 Agama : Islam Suku : Semendo Jabatan : Bendahara PAC PDIP Kecamatan Banjit, Nama Suami : Warseno (Seno) Pekerjaan suami : Wartawan Lampung Post Nama Anak : 1. Intan Setya Putri Seno (8 tahun) 2. Julia Putri Sena S (4 tahun) Nama Ayah : Arpan Nama Ibu : Hamisah Riwayat Pendidikan : 1. SDN 3 Tunas, Way Halim, Bandar Lampung 2. SMPN 1 Banjit 3. SMAN II Kotabumi, Lampung Utara

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda