02 Maret 2009

Yang Cermat Pilih Dewan

PEMILU legislatif beberapa pekan lagi akan dilaksanakan; 9 April 2009 mendatang. Kembali rakyat akan disuguhi hidangan yang bernama demokrasi. Ditandai memilih calon-calon wakil rakyat yang terhormat, berasal dari berbagai partai politik, untuk menjadi penyambung aspirasi rakyat di DPRD. Tidak dinafikkan lagi, seperti perhelatan-perhelatan pemilu legislatif terdahulu, para konstestan kerap melakukan tebar pesona dengan beragam cara dan upaya. Mulai dari sosialisasi diri melalui iklan di media, juga beragam atribut alat peraga pun dipasang dan nyaris menyesaki sudut-sudut kota, hingga ke pelosok-pelosok desa. Tak urung, keindahan pun tercemar. Tak sedap dipandang mata. Pepohonan yang ada disepanjang jalan pun kini telah berpenghuni. Dihuni baliho gambar caleg. Bahkan, tiang listrik, gerobak jajan makanan, dan gerobak sampah, juga tak luput ditempeli stiker wajah caleg kita. Tidak ketinggalan pula, mimpi-mimpi indah kesejahteraan pun dijanjikan para caleg, melalui penyampaian visi dan misinya. Alih-alih, kemiskinan rakyat pun menjadi dagangan yang laris manis didendangkan, diumbar melalui tutur kata yang manis. Boleh dibilang, saat ini, kalimat memberantas kemiskinan pun menjadi ungkapan yang laku keras di pasar politik. Namun, apakah benar rakyat percaya lontaran suguhan mimpi-mimpi indah itu? Apalagi untuk menjadikannya angka mistik seperti hitungan togel. Dibolak-balik bisa menembus hadiah yang diharapkan. Justru yang sering didapat hanyalah ”uang kaget” dari para caleg berkantong tebal. Selanjutnya, habis manis sepah dibuang. Nah, menyorot akan hal itu, seorang pakar atau pengamat, Drs Mochammad Mukrie, yang juga berstatus sebagai Pembantu Rektor III IAIN Raden Intan Lampung, yang kerap perhati menyoroti berbagai masalah sosial dan politik, angkat bicara. Berikut petikan wawancara Farid Jayataruna dari Fokus dengan tokoh muda NU itu seputar fenomena pemilu legislatif di Lampung: Bagaimana penilaian Anda tentang perhelatan pemilu legislatif yang akan berlangsung 9 April 2009 mendatang? Pemilu legislatif kali ini, menurut saya, masyarakat benar-benar disuguhkan produk pemilu yang bisa dibilang barang baru dan sangat terbaru. Barangkali pemilu legislatif di negeri kita ini, seperti banyak disebut banyak kalangan, merupakan pemilu paling rumit di muka bumi ini. Kenapa begitu? Banyak faktor yang mempengaruhi. Diantaranya jumlah partai saat ini yang menjadi peserta pemilu begitu banyak, juga aturan-aturannya, dan tingkat kesadaran masyarakat. Ditambah kesiapan para pelaksananya, seperti KPUD, Panwas dan lain sebagainya. Dimana mereka dihadapkan pada kondisi yang tidak sederhana. Maksudnya? Dengan banyak parpol peserta pemilu yang jumlahnya puluhan itu, ditambah daftar nomor urut dari masing-masing caleg yang diusung parpol, tentu hal itu sangat menyulitkan masyarakat dalam memilih. Juga menyulitkan penyelenggara pemilu. Misalnya, soal kertas suara pemilih saja. Belum lagi tentang masalah aturan lainnya. Misalnya saja, sosialisasi tentang pencontrengan dan pencoblosan. Persepsi masyarakat berbeda-beda. Ini bisa dibuktikan jika kita ingin tahu dan bertanya kepada masing-masing kelompok masyarakat. Tidak usah jauh-jauh, dilingkungan kita saja, coba tanya bagaimana cara pemilihan nanti. Saya kira hal itu bisa menimbulkan keapatisan pemilih. Namun, kita tetap berharap, jangan sampai masyarakat tidak menggunakan hak pilihnya. Lantaran enggan datang ke Tempat Pemungutan Suara (TPS). Apakah Anda menilai KPUD kurang melakukan sosialisasi? Menurut pemberitaan dibanyak media, penyelenggara pemilu gencar melakukan sosialisasi. Tapi fakta yang ada, justru sebaliknya. Disini saya tidak mengerti, kok banyak masyarakat pemilih yang masih bingung. Bahkan tidak mengerti tata cara memilih. Justru partai-partai politik yang gencar melakukan sosialisasi ke masyarakat. Dan itu tentu saja tidak mengherankan, karena mereka ada kepentingan terhadap perolehan suara partainya. Oke, berkaitan dengan banyaknya caleg di pemilu legislatif kali ini, apa pendapat Anda? Ya, bagus dong. Berarti tingkat kepedulian setiap warga negara kian meningkat untuk membangun bangsa. Menurut Anda, kriteria caleg seperti apa yang ideal? Parameternya sederhana saja. Masyarakat dapat menilai dari sisi moralitas, integritas, dan akuntabilitas pribadinya. Artinya, baik perilaku, jati diri seorang calon wakil rakyat harus dikenali dulu, serta secara moral layak tidak memikul tanggungjawab terhadap amanah yang diberikan masyarakat. Bagaimana pendapat Anda tentang adanya caleg kotor atau bermasalah? Wah, kalau ada yang begitu jangan dipilih dong. Apalagi jika terlibat dengan tindak pidana atau narkoba. Mau dibawa kemana nantinya suara dan aspirasi rakyat? Justru ini tugas media seperti Anda yang harus mengabarkan kepada masyarakat, potret caleg-caleg yang tidak selayaknya dijadikan tumpuan harapan. Seperti contoh, ada seorang caleg bermasalah di Lampung Tengah, nggak usah saya sebutkan nama dan parpol pengusungnya. Dimana sudah ada vonis berkekuatan hukum tetap terhadap dia, namun tetap melenggang menjadi caleg. Tapi tidak ada kabar kepermukaan. Sehingga masyarakat tidak mengetahui track record-nya. Maka dari itu, sesuai dengan fungsi pers sebagai pilar keempat demokrasi, peran media sangat penting untuk memberikan kesaksian kepada masyarakat sebagai pengontrol dari tiga pilar lainnya. Yakni eksekutif (pemerintah), legislatif (DPR/DPRD), dan yudikatif (lembaga hukum). Apa himbauan Anda kepada masyarakat terkait pemilu legislatif kali ini? Saya berharap masyarakat harus mengenali latarbelakang si calon. jejak rekam moralnya, baik atau tidak. Atensinya kepada masyarakat bagaimana? Jangan sampai salah memilih. Lantas visi dan misinya bagaimana? Lalu, apakah dia concern terhadap percepatan pembangunan? Jangan kita memilih seorang caleg karena tergiur mencalonkan diri hanya untuk kuasa dan harta semata. Bisa celaka nasib rakyat. Anda percaya, menurut survei yang dilansir media nasional bahwa parlemen salah satu sarang korupsi? Bukan soal percaya atau tidak. Namun faktanya memang begitu. Bahwa memang lembaga parlemen salah satu sarang korupsi dan banyak bercokolnya para koruptor. Lihat saja, sudah banyak anggota dewan di Hotel Prodeo-kan alias dipenjara, akibat perilaku yang tidak bermoral. Semestinya mereka menjalankan amanah yang sudah diberikan rakyat. Karena itu, rakyat harus cermat dalam memilih wakilnya di lembaga legislatif. ***

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda