19 Agustus 2008

Pejuang Yang Belum Merdeka

PERJUANGAN Mukhlasi mempertahankan kemerdekaan RI tak terpungkiri. Pada tahun 1947-1949 ia tergabung di Laskar Hizbullah dan TRI/Jan II/Ris II Divisi Sultan Agung dan bertempur habis-habisan demi kemerdekaan di daerah Gombong, Jawa Tengah. Namun kini, pejuang yang tinggal di Pekon Kresno Mulyo, Ambarawa, Tanggamus, itu malah belum merasakan kemerdekaan. Lho kok bisa? “Kalau saya mengenang perjuangan mempertahankan kemerdekaan RI tahun 1947-an lalu, dan melihat kondisi saat ini, hati saya sedih. Perhatian pemerintah pada kami-kami yang dulu berjuang sangat minim. Sampai-sampai rasanya kami belum merasakan kemerdekaan,” urai Mukhlasi yang kini tinggal bersama putrinya. Pejuang kelahiran Kebumen 10 Maret 1917 ini masih ingat saat pertama kali dirinya menerima tunjangan dari pemerintah di tahun 1996 silam. “Tunjangan bagi mantan pejuang kemerdekaan itu hanya cukup untuk ongklos dari Kota Metro ke Kebumen, Jawa Tengah,“ tuturnya dengan nada sedih. Ia mengaku sempat bergembira saat mendengar kabar pemerintah akan memberikan uang penghargaan bagi pejuang kemerdekaan yang masih hidup. “Saya sampai sudah mengkhayal, akan saya gunakan uang itu untuk berangkat menunaikan ibadah haji. Tapi sampai sekarang nggak ada realisasinya,” ucap Mukhlasi yang mengaku kebutuhan hidupnya sehari-hari ditanggung oleh anak-anaknya. Kesedihan –dan kepedihan- begitu tampak saat Mukhlasi menuturkan nasibnya kini. Namun ketika bercerita kiprahnya saat mempertahankan kemerdekaan RI dari tangan penjajah, semangatnya langsung bangkit. Suaranya bergetar penuh nafas perjuangan. Ada peristiwa yang tak mungkin terlupakan saat ia berjuang di masa kemerdekaan dulu. Apa itu? “Dalam suatu pertempuran, punggung saya kejatuhan kaki teman saya yang terkena mortar. Pengalaman itu sungguh tak terlupakan,” kata mantan anak buah Kiyai Bakri Abdul Latif ini. Tak hanya Mukhlasi yang merasa belum menikmati kemerdekaan yang dulu diperjuangkannya. Mbah Leman, mantan pejuang berusia 86 tahun, yang saat ini tinggal bersama anak cucunya di Desa Guyuban, Kecamatan Way Lima, Pesawaran, pun merasakan hal yang sama. Karena itu, Mbah Leman sangat berharap, pemerintah mau memberikan perhatian sepadan bagi para pejuang. Sebab rata-rata kehidupan para mantan pejuang kemerdekaan yang ada di Lampung sangat memprihatinkan. “Jangankan untuk kebutuhan lain, untuk makan sehari-hari saja, kami sangat kesulitan,“ urainya dengan nada getir. Selayaknya, pada HUT Kemerdekaan RI ke-63 ini, para pimpinan daerah menunjukkan perhatiannya pada para mantan pejuang kemerdekaan. Masih banyak Mukhlasi dan Mbah Leman yang lain, yang dulu memperjuangkan dan mempertahankan kemerdekaan, malahan belum menikmati kemerdekaan itu sendiri. ry

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda