27 Oktober 2008

Warga 22 Kampung Was-Was Disatroni Gajah

FOKUS – Gangguan dari gajah liar yang berasal dari Taman Nasional Way Kambas (TNWK) di Kabupaten Lampung Timur telah membuat warga yang tinggal di 22 kampung di sekitar kawasan itu selalu was-was. Apalagi, aksi hewan berbelalai itu relatif rutin terjadi. Utamanya bagi warga yang berdekatan dengan kawasan hutan seluas 130.000 Ha itu, dan berada di jalur lintas tradisional Gajah Sumatra (Elephas maximus Sumatranus) tersebut. Menurut penelusuran Fokus, sedikitnya terdapat 22 kampung yang berbatasan dengan hutan TNWK di Lamtim yang selama ini sering mengalami gangguan gajah liar. Pada pekan kemarin misalnya, sedikitnya 40 ekor gajah liar keluar dari hutan dan menyatroni kebun warga Desa Braja Asri, Kecamatan Way Jepara, dan merusak kebun produktif yang ditanami singkong, jagung, dan semangka. Warga setempat menyebutkan, biasanya kawanan gajah yang jumlahnya lebih dari 30-an ekor itu keluar hutan pada sore atau malam hari, lalu masuk ke kebun dan merusak tanaman milik mereka. Pada pagi dan siang hari, kawanan gajah kembali ke hutan. Untuk menyikapi gangguan gajah liar tersebut, petugas gabungan Balai TNWK Lamtim bersama instansi terkait menghalau hewan yang masuk ke kebun, serta perkampungan yang berbatasan langsung dengan hutan sejak beberapa hari ini. Kepala Balai TNWK, MZ Hudiyono, membenarkan adanya sekitar 30 sampai dengan 40-an ekor gajah liar keluar dari hutan sejak tiga malam terakhir. “Masyarakat, petugas kepolisian, dan teman-teman LSM disini, ikut membantu menghalau gajah liar itu agar kembali masuk kedalam hutan,“ kata Hudiyono. Namun ia belum dapat memastikan tingkat kerusakan akibat gangguan satwa liar berbelalai yang termasuk satwa langka dan dilindungi dunia itu. “Dari lapangan belum ada laporan secara detail tentang akibat gangguan puluhan ekor gajah liar itu, karena kami masih mempersiapkan penanggulangannya,“ ujar Hudiyono yang dihubungi di TNWK. Menurutnya, petugas di lapangan belum sempat membuat laporan yang diperlukan, termasuk kemungkinan belum bisa memastikan ada tidaknya warga yang cedera. Ia juga membenarkan, kejadian puluhan binatang bertubuh tambun itu masuk ke perkampung warga sudah sering kali terjadi sepanjang sepanjang tahun ini. Ia menguraikan, pada Januari 2008 lalu, dari lapangan dilaporkan sekitar 30 sampai 40-an ekor gajah liar telah masuk dan merusak lahan dan kebun milik warga. Hudiyono juga memastikan, hingga hari ini kawanan gajah tersebut belum sampai masuk ke wilayah Way Jepara melainkan hanya ke kebun perkampungan yang berbatasan langsung dengan TNWK, meski begitu upaya untuk menghalaunya terus dilakukan bersama-sama. Warga setempat juga terus berupaya menjaga kebun dan kampung mereka, diantaranya dengan bergantian berjaga cara berkelompok sejak setiap malam. Kalau tidak mampu menghalau gajah liar itu kembali ke hutan dengan peralatan yang dimiliki, warga melapor ke aparat kampung dan kecamatan sehingga petugas gabungan dari Balai TNWK dan instansi terkait segera turun ke lokasi. jh

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda