16 Januari 2009

Giyatmo Sang Pendidik Tulen

FOKUS – Hampir semua tenaga pendidik di Kota Bandar Lampung mengenal sosok satu ini. Nama lengkapnya ST Giyatmo, SPd. Jabatannya kepala SMA Utama 2 Bandar Lampung. Sudah cukup lama ia mengabdikan dirinya di sarana pendidikan milik Yayasan Pendidikan Serbaguna pimpinan Radik Primaguna tersebut. Bagi koleganya, Giyatmo dikenal sebagai pendidik tulen. Betapa tidak. Meski tinggal dua tahun lagi masa pensiunnya sebagai pendidik akan datang, namun semangatnya untuk terus mengembangkan dunia pendidikan di sekolah yang dipimpinnya terus menggelora. Salah satu hal yang sangat dijaganya adalah mengelola kondisi SMA Utama 2 Bandar Lampung selalu kondusif, baik bagi tenaga pengajarnya, staf tata usaha, sampai para siswa-siswinya. Caranya, dengan ia mengetrapkan manajemen satu pintu. Apa maksudnya? Meski dalam menjalankan kepemimpinan di sekolah swasta favorit tersebut Giyatmo didampingi wakil kepala sekolah bidang kurikulum, kesiswaan, humas dan bidang sarana prasarana (sapras), ia memegang teguh ketentuan bahwa seluruh keputusan apapun menyangkut kegiatan belajar mengajar harus melalui dirinya. Bagi Giyatmo, tak ada istilah tiba-tiba jajarannya “mengadu” atau memakai “jalan tol” dengan membawa persoalan sekolah langsung ke pihak yayasan sebagai pemilik SMA Utama 2. Kenapa pola satu pintu itu ia pegang teguh? “Semata-mata untuk menjaga kondusifitas suasana kerja. Jangan sampai terjadi permasalahan antara pihak yayasan dan saya sebagai kepala sekolah, yang itu akan berdampak pada kinerja,” tutur Giyatmo. Menurut dia, setiap permasalahan yang timbul memang akan dibahas dengan pihak yayasan. Hanya saja, “Saya yang langsung menyampaikannya. Permasalahan insentif guru dan tata usaha, misalnya, pihak yayasan dan kepala sekolah mengadakan rapat khusus membahas besar kecilnya, didasarkan atas besarnya pungutan/iuran dengan jumlah siswa yang ada di SMA Utama 2 Bandar Lampung dan jumlah jam perminggu,” sambung dia. Untuk diketahui, saat ini SMA Utama 2 Bandar Lampung memiliki 630 siswa dan diasuh oleh 62 guru dan enam orang tenaga administrasi. Berkat tangan dingin Giyatmo yang didukung sepenuhnya oleh seluruh jajarannya, mutu kelulusan siswanya setiap tahun selalu mengalami peningkatan. Tentang “pembagian tugas” antara pihak yayasan dan dirinya selaku kepala sekolah, Giyatmo menelaskan, yayasan sepenuhnya bertanggung jawab dalam hal pengelolaan KBM, sedang kurikuler dan ekstra kurikuler diserahkan kepada klepala sekolah. “Ketua yayasan hanya berperan membayar insentif guru, tata usaha dan kepala sekolah yang pada prinsipnya keuangan memang dikelola oleh yayasan, bersumber dari pendaftaran siswa baru dan iuran siswa,” ujar dia. Mengenai seringnya merebak kabar pihak sekolah “diintimidasi” pihak yayasan, Giyatmo mengemukakan, semuanya tergantung pada sumber daya manusianya. Karena mengelola sekolah tidak sama dengan berdagang tempe. Maksudnya? “Walaupun ada kesamaan prinsip yaitu mencari keuntungan, tetapi unsur pendidikan sangat dominan untuk mencapai sukses dalam mencerdaskan kehidupan bangsa sesuai dengan tuntutan UUD 1945,” jelas dia. hp

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda