16 Januari 2009

Hot News

Kebijakan Bagus, Pengawasan Nol BANJIR bandang di mayoritas wilayah Kota Bandar Lampung 18 Desember silam seharusnya benar-benar menjadi pelajaran penting bagi aparat pemerintah kota terkait dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan program-program pembangunan. Apalagi, “Sesungguhnya musibah banjir itu bisa diantisipasi,” tutur Ketua Komisi A DPRD Lampung, Ir Firmansyah YA, MBA, MSc, Sabtu (20/12) siang. Apa saja kata tokoh muda Partai Golkar yang Kamis (18/12) malam langsung turun ke lokasi-lokasi banjir membantu warga yang terkena musibah? Berikut petikan wawancara Fajrun Najah Ahmad dari Fokus dengan politikus kelahiran Jakarta 12 Juni 1970 tersebut. Bagaimana Anda melihat banjir melanda hampir seluruh Kota Bandar Lampung hanya karena hujan selama dua-tiga jam saja? Tentu saja sangat prihatin. Ini musibah yang sesungguhnya dapat diantisipasi apabila Pemkot Bandar Lampung memiliki perencanaan program pembangunan yang terpadu. Karena saya menilainya sebagai musibah yang dapat ditangani sebelumnya, maka dalam berbagai kesempatan kedatangan saya ke wilayah banjir, saya sampaikan baik kepada pejabat pemkot maupun warga agar kita semua memiliki komitmen bahwa cukup sampai disini saja cobaan yang diberikan Allah kepada kita. Yang Anda maksud musibah banjir sebenarnya bisa diantisipasi itu seperti apa? Lho, kita kan tahu persis seluruh aliran sungai yang melalui Bandar Lampung ini. Jadi ya kawasan itu seharusnya mendapat perhatian serius aparat, dan tentunya warga masyarakat. Kenyataannya kan tidak demikian. Banyak sungai yang terjadi pendangkalan, menyempit, dan sebagainya. Bahkan banyak aliran sungai yang dibelokkan, pinggiran sungai dibuat bangunan. Memang sih, kita tidak mungkin menghambat pembangunan fisik tetapi meminimalisasi akibat negatifnya kan wajib dilakukan. Jadi musibah banjir ini karena perencanaan dan pelaksanaan pembangunan yang tidak baik, begitu? Ya, bisa dibilang begitu-lah. Cobalah dilihat, drainase yang ada saja kan tidak mampu menampung limpahan banjir. Jadi seharusnya penanganannya secara terpadu. Dari hulu sampai ke pembuangan masing-masing sungai itu mestinya dirapihkan, pengerjaan proyeknya bertahap boleh namun harus terpadu dan tahan sampai 5-10 tahun. Yang ada sekarang ini kan tidak demikian. Yang terjadi selama ini drainase didahulukan sementara sungai-sungai dibiarkan menyempit, Anda sepakat dengan itu? Betul. Yang terjadi justru terbalik. Drainase-drainase di wilayah-wilayah yang mudah dilihat orang diperbaiki, sementara perhatian terhadap kondisi sungai tidak dilakukan, akibatnya ya semacam ini. Memprihatinkan sekali memang. Coba bayangkan, kalau hujan turun selama lima jam saja misalnya, apa jadinya Kota Bandar Lampung ini. Apalagi sekarang ini kawasan peresap air sudah hampir habis, perbukitan sudah gundul semua, paling-paling tinggal Gunung Sulah yang masih bertahan, yang lain sudah kacau. Saran Anda agar banjir semacam ini tak terulang lagi? Sederhana saja, Pemkot Bandar Lampung jangan lagi setengah hati. Maksudnya? Ya harus benar-benar konsisten dalam perencanaan pembangunannya, dengan memakai tolok ukur yang luas. Selain itu, dalam pelaksanaannya pun harus maksimal, jangan pekerjaan proyek selalu asal-asalan, selain itu pengawasannya juga mesti dilakukan. Yang terjadi selama ini kan tidak demikian. Sudah perencanaannya sering mengabaikan dan mengorbankan kelestarian lingkungan, pelaksanaannya asal-asalan dibiarkan, pengawasannya pun tak ada sama sekali. Anda bisa memberi contoh? Misalnya saja penggerusan bukit. Itu kan aturannya sudah jelas, tapi coba lihat pelaksanaannya kan semaunya saja. Hanya demi mendapatkan PAD dari galian C, dinas terkait menutup mata atas akibat dari penggerusan tersebut. Kalau semua dilakukan sesuai aturan, dengan pengawasan yang ketat, saya kira tidak mungkin-lah akan separah ini kondisi kota kita hanya karena hujan selama 2-3 jam saja. Itu sebabnya saya menilai, musibah banjir ini seharusnya benar-benar menjadi pelajaran penting bagi aparat pemkot untuk merencanakan, melaksanakan, dan mengawasi lajunya program-program pembangunan. Sekarang ini kan yang namanya kawasan hijau sudah hilang, ya jangan saling menuding kalau akibatnya kebanjiran, karena ini salah kita semua. Langkah konkretnya menurut Anda? Pemkot harus tegas. Jangan lagi setengah hati dalam menerapkan ketentuan. Hal-hal yang bakal membawa dampak kerugian bagi masyarakat banyak harus ditindak. Misalnya, banjir yang melanda kawasan yang daerah perbukitannya digerus untuk galian C, ya investornya harus mempertanggungjawabkan hal itu. Stop dulu penggerusan, perbaiki dulu lingkungannya. Setelah bagus, baru beroperasi lagi. Harus berani begitu. Demikian juga dengan bangunan-bangunan yang membuat sempitnya aliran sungai, ya harus berani membongkar. Maka itu, jangan lagi setengah hati. Selamatkan kehidupan mayoritas masyarakat, ini yang lebih penting. Tentunya dengan tidak begitu saja menutup aktivitas warga lainnya. Apakah banjir ini akibat dari kebijakan walikota yang salah? Saya kira bukan itu masalahnya. Saya menilai, selama ini banyak kebijakan walikota yang bagus. Hanya pengawasannya yang saya nilai nol besar. Jelasnya bagaimana? Misalnya, kebijakan walikota yang bagus itu kan harus ditindaklanjuti, nah dalam hal pengawasan dari pelaksanaan kebijakan itu yang tidak ada. Ini banyak sekali contohnya. Salah satu contohnya soal pembangunan di Bukit Lungsir itu, kalau pengawasan yang dilakukan aparat pemkot maksimal dan sesuai ketentuan, saya kira tidak akan mungkin menimbulkan dampak-dampak negatif. Justru yang mengherankan kenapa pengawasan aparat kok begitu lemah, ada apa ini? Kan itu masalahnya. Jadi tinggal pengawasan dari realisasi kebijakan itu yang mesti dioptimalkan, begitu? Ya salah satunya dan saya kira ini yang terpenting. Perizinan pembangunan di Bukit Lungsir itu, misalnya, saya pelajari sudah sesuai ketentuan lo. Tapi memang dalam implementasinya ada yang salah. Nah, dalam hal ini kan ada BPPLH yang harus mengawasinya, kenapa kok diam saja, ada apa ini? Saya optimis, kalau aparat pemkot konsisten dalam pengawasan sesuai bidangnya, tidak akan terjadi hal-hal semacam ini (banjir, red). Hanya memang, semuanya memerlukan waktu. Tentunya begitu juga dengan Dinas PU yang terkait dalam pembangunan drainase? Saya kira semua pihak-lah. Kalau penanganan kawasan sungai yang melalui kota ini ditangani secara terpadu, saya kira tidak akan terjadi lagi musibah banjir seperti sekarang ini. Masalahnya adalah, kualitas sumber daya manusia yang ada sekarang mampu tidak untuk merencanakan program yang terpadu, pun pelaksanaannya nanti, dan utamanya ya pengawasannya. *** Kondisi Pemkot Memprihatinkan AMBURADULNYA kondisi Bandar Lampung –utamanya terbukti dengan terjadinya banjir akibat tak tertampung saluran pembuangan di mayoritas wilayah kota- tak lepas dari kondisi aparat pemerintah yang memprihatinkan. Maksudnya? “Harus diakui, mayoritas PNS yang ada tidak inovatif, sehingga kreativitasnya pun lemah,” begitu penilaian Ir Firmansyah YA, MBA, MSc. Menurut Firman yang sehari-hari anggota DPRD Kota Bandar Lampung, empat tahun belakangan ini ia mengamati kinerja aparat eksekutif, kesimpulan yang didapatnya adalah tidak adanya inovasi dari pelayan masyarakat itu dalam mengimplementasi tugas dan tanggung jawab yang diberikan atasan. “Lihat saja kenyataannya, kalau sudah berpangkat golongan IV-a misalnya, walaupun memiliki kesalahan tapi kalau tidak fatal betul, ya tidak dicopot dari jabatannya. Disisi lain, yang betul-betul berkualitas tidak pula mendapat reward. Hal semacam ini akhirnya membuat kalangan PNS hanya mencari aman saja, aman dalam pengertian tetap dapat jabatan,” urai wakil bendahara DPD Partai Golkar Kota Bandar Lampung itu. Diakui dia, hal ini sebenarnya bukan kesalahan pemimpin Pemkot Bandar Lampung saat ini (Eddy Sutrisno-Kherlani, red). Namun merupakan “dosa warisan” dari proses rekrutmen pegawai sejak era Orde Baru dulu. “Kita kan tahu, di zaman Orde Baru itu pola rekrutmen lebih mendahulukan kekerabatan, bukan kemampuan. Padahal sesuai perkembangan zaman, sekarang ini tenaga-tenaga teknis sangat dibutuhkan, sementara yang ada mayoritas strata sosial, jadi ya sulit nyambung dengan permasalahan yang ada,” suami Shanty Ulfianty Rapiuddin ini menambahkan. Dalam kondisi yang sudah demikian, sambung Firman, diperparah dengan tidak adanya kemauan baik dari pimpinan maupun yang bersangkutan untuk menyesuaikan dengan tantangan pekerjaan yang dihadapi. Akibatnya, “Ya jangan heran kalau masalah lingkungan di Bandar Lampung kacau-kacauan seperti sekarang ini karena BPPLH-nya dipimpin oleh orang yang tidak memahami masalah dan fungsi tugas yang diberikan kepadanya,” imbuh dia. Ketika diminta penilaiannya instansi mana saja di jajaran Pemkot Bandar Lampung yang tidak maksimal dalam kinerjanya, alumnus University of Colorado At Danver, AS, ini menyebut: “Bappeda, BPPLH, Badan Kepegawaian Kota, dan Dinas Pendapatan Kota!” Untuk membangun konfigurasi aparatur pemerintah yang tangguh, menurut Firmansyah, tak ada jalan lain Walikota Eddy Sutrisno dan Wakil Walikota Kherlani harus bersikap tegas. Maksudnya? “Bagi yang tidak mampu ya jangan ragu untuk di-non-job-kan. Kalau langkah semacam itu berani dilakukan, dan benar-benar sesuai dengan kebutuhan, Dewan pasti akan mem-back-up kebijakan tersebut,” tegas dia. dd Nawaitunya: Ikhlas Berkarya Untuk Semua FOKUS – Tanpa bermaksud melebih-lebihkan, saat ini figur Ir Firmansyah YA, MBA, MSc cukup populer di Kota Bandar Lampung. Betapa tidak. Sejak menjadi anggota DPRD Kota Bandar Lampung tahun 2004 silam, tokoh muda handsome nan ramah ini selalu menyempatkan diri berada di tengah-tengah masyarakat setiap kali ada peristiwa penting. Seperti saat banjir melimpah di mayoritas wilayah Kota Kamis (18/12) petang silam. Firman –begitu ayah dua anak ini biasa disapa- langsung berangkat dari kediamannya di Jl Sultan Agung No 7-A Way Halim, ke lokasi-lokasi musibah. Ia kontak kolega, sahabat, dan keluarganya untuk membantu apa saja bagi korban banjir. Ia pun tak sungkan mengangkat kursi kuyup di sebuah rumah warga untuk diselamatkan dari derasnya air. Ia tak ragu memberi topinya bagi seorang balita dalam gendongan ibunya yang berbasah-basah mencari tempat perlindungan. Jiwa sosial putra kesayangan Hi Alfian Husin, SH, dan dr Hj Yoenidar Alfian ini memang demikian kental. Dan sikap peduli sesama itu pun ia tularkan ke ratusan mahasiswa STMIK Darmajaya yang tengah mengikuti “Talk Show Menggali Potensi”, Sabtu (20/12) siang, saat ia menyampaikan pengarahan. Dan kiprah nyata tanpa tendensi itu dipastikan akan makin mengeratkan sosok Firmansyah dengan denyut nadi masyarakat Bandar Lampung. Apalagi saat ini ribuan stiker, belasan baleho, dan ratusan alat peraganya telah terpampang di setiap sudut Kota ini. Ya, Firmansyah memang menjadi caleg DPRD Provinsi Lampung dari daerah pemilihan Bandar Lampung. Tokoh muda potensial Partai Golkar low profile ini dipercaya partainya menempati nomor urut 1. Dan jika ditelaah bagaimana nawaitunya maju dalam pemilu legislatif April 2009 nanti, memang bukan mengada-ada. “Ikhlas Berkarya untuk Semua!” Begitu tekadnya. Karena itu semua memang telah ia aplikasi selama ini. Firman memang tokoh Partai Golkar, namun kedekatannya pada berbagai elemen masyarakat dengan beragam latar belakang politik, suku, agama, dan status sosial menunjukkan jika ia sosok politisi yang egaliter dan keberadaannya untuk semua, sebagaimana jargonnya: “Ikhlas Berkarya untuk Semua!” dd Profil Ir Firmansyah YA, MBA, MSC Tempat/tgl lahir : Jakarta, 12 Juni 1970 Alamat : Jl Sultan Agung No 7-A, Way Halim, Bandar Lampung Nama Ayah : Hi Alfian Husin, SH Nama Ibu : dr Hj Yoenidar Alfian Nama Istri : Shanty Ulfianty Rapiuddin Nama Anak : 1. Audrey Nabilla Firmansyah Putra (8 tahun) 2. Rafly Ananda F Firmansyah Putra (3 tahun) Riwayat Pendidikan : 1. SD Sempur, Bogor (1976-1982) 2. SMPN 68 Jakarta (1982-1985) 3. SMA 1 Palembang (1985-1988) 4. Fak Teknik Sipil Unsri Palembang (1988-1993) 5. S2 Master of Science in Management and Organization (1997) 6. S2 Master of Business Administration di University of Colorado At Danver, AS (1997) Riwayat Pekerjaan : 1. Staf pengajar Universitas Pakuan (1993-1994) 2. Dosen Tetap STMIK Darmajaya Bandar Lampung 3. Ketua STMIK Darmajaya Bandar Lampung (1997-2004) 4. Anggota DPRD Kota Bandar Lampung (2004-2009) Pengalaman Organisasi : 1. President IJC Lom Lampung (2001-sekarang) 2. Wakil Ketua HIPMI Bandar Lampung (2000-sekarang) 3. Wakil Sekretaris BPL ARDIN Bandar Lampung 4. Wakil Ketua BPD GAPENSI Provinsi Lampung (2001-sekarang) 5. Ketua Kompartemen KADINDA Lampung 6. Wakil Bendahara DPD Partai Golkar Bandar Lampung 7. Vice President Indonesian Junior Chamber National

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda