08 Mei 2009

Tidak Jadi Dewan, Ikhlas Mengambil Hikmah

SOSOK Hi Mas’ad Wahyudi, SE bukanlah orang baru di percaturan politik. Dia merupakan salah satu kader terbaik Partai Golkar Lampung Selatan. Sehingga tak heran, jika pemilu legislatif yang lalu dirinya mencalonkan diri menjadi wakil rakyat, dengan menempati nomor urutan 3 untuk Dapil 3, meliputi wilayah Kecamatan Sidomulyo, Kecamatan Way Panji dan Kecamatan Candipuro. Tapi sayang, dirinya belum berhasil mendulang suara untuk duduk menjadi anggota dewan. Untuk mengetahui apa penyebab kegagalannya itu, Muslim wartawan Fokus, belum lama ini mewawancarai Hi Mas’ad Wahyudi SE. Berikut petikannya : Apa benar anda tidak terpilih dalam pemilu legislatif 9 april lalu? Benar. Saya sudah berusaha semaksimal mungkin, tapi mungkin rakyat masih belum menghendaki saya untuk duduk di legislatif. Usaha apa saja yang sudah anda lakukan dalam menarik simpati dari masyarakat? Sudah banyak yang saya lakukan, seperti sosialisasi kesemua pedesaan, membuat program-program bersama masyarakat, baik di bidang pertanian, insfrastruktur, semua telah saya paparkan. Tapi terus terang memang, saya tidak menghumbar uang atau pun janji kepada mereka. Mungkin itu salah satu faktor mengapa suara yang saya peroleh tidak sesuai dengan yang saya harapkan. Maksudnya? Coba kita lihat sendiri, mereka-mereka yang jadi anggota dewan sekarang ini pasti mereka yang mempunyai banyak uang, untuk yang tidak bisa menebarkan uang jangan harap bisa duduk di DPRD. Walaupun dari segi pemikiran kita bisa di adu sama mereka yang jadi. Maksud anda, anggota dewan sekarang banyak yang melakukan money politik, dong? Anda kan bisa lihat dan nilai sendirilah, itu memang sudah bukan rahasia lagi, kok. Apa benar, ada kabar yang mengatakan bahwa anda melapor ke Panwaslu, terkait hilangnya suara anda pada TPS 2 di Desa Rawa Selapan, sebanyak 92 suara. Betul? Betul. Saya didampingi pengacara melaporkan suara saya yang hilang sebanyak 92, karena dari TPS 1 sampai 8 saya mendapat suara sebanyak 97 suara, sementara dari PPK melaporkan hanya 5 suara. Jadi kemana sisa suara saya yang 92? Itu lah yang mendasari saya melaor ke Panwaslu agar di temukan titik terangnya. Jadi, anda tidak terima atas kegagalan dan kekalahan dalam pemilu kemarin? Bukan soal terima atau tidak. Karena saya sangat memahami, dalam setiap kompetisi, jelas ada yang kalah dan ada yang menang. Saya adalah seorang yang legowo dan satria dalam menerima kekalahan ini, mungkin saat ini saya kalah, tapi bisa jadi dalam kompetisi berikutnya saya yang menang. Apa harapan anda terhadap mereka yang saat ini terpilih sebagai anggota DPRD Kabupaten Lampung Selatan? Kepada rekan- rekan yang saat ini mewakili rakyat, jangan hanya memikirkan basis dimana dia mendapat suara, tapi juga harus memikirkan masyarakat secara umum. Karena kalau kita pantau selama ini, para anggota dewan tidak pernah memikirkan masyarakat. Tapi kita juga tidak bisa menyalahkan mereka, karena untuk jadi anggota dewan jelas mereka bicara untung dan rugi. Karena itu tadi, yang jadi rata-rata adalah orang yang memiliki uang. Karena ketika mereka mencalonkan diri masyarakat sedikit banyak sudah merasakan uangnya. Jadi masyarakat juga tidak bisa menuntut. Lantas, siapa yang harus dipersalahkan? Bingungkan? Karena suka sama suka tadi. Kalau saya jujur saja, tidak mau yang seperti itu. Itu bukan pendidikan politik yang tepat untuk masyarakat. Sebaliknya, masyarakat juga jangan membuat caleg jadi enak-enakan. Ada uang, semua bisa digampangkan. Termasuk mempengaruhi pemilih dengan iming-iming maupun uang tunai secara langsung. Tapi dalam konteks ini. Hukum alam yang berlaku. Ala bisa karena biasa. Salahnya saya, nggak biasa seperti itu. Karena saya ingin berjuang membawa aspirasi masyarakat. Tapi saya yakin, semua pasti ada hikmahnya. Saya yakin, ini keputusan Tuhan buat saya. Karena campur tangan Tuhan ada dalam setiap kehidupan manusia. (*)

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda