16 Januari 2009

Kepala SMPN I Buka Kartu

Beberkan Hasil Studi Banding ke Turki BEBERAPA waktu lalu, Ketua Musyawarah Kepala-kepala Sekolah (MKKS) Tingkat SMP Bandar Lampung, Drs Hi Hariyanto, MSi, melakukan studi banding ke Turki. Tenaga pendidik yang sehari-hari menjabat kepala SMPN I Bandar Lampung ini dibuat terkagum-kagum melihat perkembangan dunia pendidikan di negeri itu. Apa dan bagaimana kesannya melihat dunia pendidikan di Turki dan perbedaannya dengan sistem pendidikan di Indonesia? Hadi Purnomo dari Fokus berhasil mewawancarai Hariyanto, berikut penuturannya. Apa kesan paling mendalam pada perjalanan studi banding ke Turki? Terus terang saja, pendidikan di sana (Turki, red) jauh lebih maju dibandingkan di negeri kita. Menurut penilaian Anda, apa penyebabnya? Peran masyarakat dan perusahaan (stakeholder) sangat tinggi, sehingga pendidikan di Turki lebih maju dibandingkan di Indonesia. Ini kenyataannya. Padahal kalau bicara prestasi, anak-anak kita lebih gemilang prestasinya. Jadi sebenarnya kalau bicara prestasi anak didik, kita tidak kalah? Kenyataannya ya begitu. Anak-anak kita kan banyak yang sukses dalam berbagai ajang olympiade sains. Bahkan putra Indonesia semacam Prof Dr BJ Habibie diakui kemampuannya di dunia internasional. Bahkan semestinya bangsa kita patut berbangga karena memiliki saintis belia yang mengukir prestasi tingkat dunia. Bagaimana dunia luar menilai sistem pendidikan kita? Kalau berbagai penelitian dari lembaga-lembaga internasional memang menempatkan Indonesia pada urutan-urutan terakhir dalam strata kualitas pendidikan. Mereka menilai, kita kurang bermutu, tapi sebenarya bukan disitu letak soalnya. Menurut penilaian Anda, sebenarnya dimana letak kelemahan sistem pendidikan kita? Ringkasnya secara umum instrument inputnya yang kurang memadai, hingga menyebabkan proses pembelajaran tidak dapat berjalan secara optimal. Kenapa bisa begitu? Karena guru sebagai salah satu unsur intrument input, dengan penghasilan yang pas-pasan, ditambah dengan fasilitas belajar yang kurang tersedia dengan baik, bagaimana mungkin mengharapkan mereka dapat berbuat seoptimal mungkin? Kan begitu realitasnya. Di sisi lain, ada kesenjangan kualitas yang sangat tinggi. Maksudnya? Ada sekolah-sekolah yang mampu menyediakan semua unsur intrument inputnya secara sangat memadai, ya fasilitas belajarnya, guru-guru yang hidupnya sejahtera, ya metode mengajar yang variatif dan berpusat pada murid, tetapi dibelahan lain ada lebih banyak lagi sekolah yang tidak memiliki apa-apa kecuali semangat untuk tetap eksis. Kesenjangan inilah yang kemudian menunjukkan pada kita semua bahwa hanya sekolah-sekolah tertentu saja yang muridnya punya peluang untuk menunjukkan kemampuan intelektual mereka, sementara butir-butir mutiara yang tersebar luas di segala penjuru tanah air tidak dapat terlalu banyak berharap. Menurut Anda bagaimana solusinya? Ya kesenjangan inilah yang perlu diatasi, dan sesuai amanat konstitusi peran masyarakat, para pengusaha, dan para donatur untuk berperan aktif dalam melakukan pembinaan, pemerataan kualitas pendidikan dengan memberikan nilai-nilai positif baik materiil maupun imateriil. ***

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda