08 September 2008

Pendidikan Belum Sentuh Kemanusiaan

Kepala SMK Dharmapala Panjang Buka Suara FOKUS - Sejarah panjang dengan segudang teori dan paradigma yang diadopsi para praktisi pendidikan dan diterapkan di berbagai lembaga pendidikan terkesan trial and error. Sebagai contoh, paradigma behavioristik dipraktikkan di sekolah-sekolah selama puluhan tahun saat ini dianggap tidak sesuai lagi dengan tuntutan layanan pendidikan. Begitu kata Drs Muchyidin, kepala SMK Dharmapala Panjang. Menurut dia, paradigma behavioristik yang tumbuh subur di berbagai negara, termasuk Indonesia, diklaim para ahli phisiologi sebagai ilmu jiwa yang tak berjiwa, maka muncullah paradigma baru yaitu konstruktivistik. Dikatakan, pengelola pendidikan yang teratur dalam input proses output masih terus mencari formula yang tepat, bahkan kurikulumpun terus berubah dalam hitungan tahun. “Terbesit harapan akan perubahan, namun perubahan apa yang kita dapatkan ataukah kita menerapkan kurikulum sebatas trial and error. Yang jelas, pendidikan yang diterapkan belum menyentuh hakekat kemanusiaan, masih jauh panggang dari api. Pendidikan masih dipandang sebagai tindakan manusia yaitu persiapan untuk hidup, belum mengenal pada perbuatan manusiawi (actus humanus) yang tidak sekedar bagian dari hidup, tetapi hidup itu sendiri yang menyangkut manusia sebagai makhluk pribadi, sekaligus makhluk sosial dan religius,” Muchyidin menambahkan. Ia menilai, baik sebelum maupun setelah kemerdekaan, penempaan mental selalu bermuara pada kepentingan tertentu. Pada zaman penjajah, bangsa kita diberi kesempatan terbatas, dididik untuk mengabdi kepada kaum penjajah. Setelah kemerdekaan pun pendidikan diperalat untuk melanggengkan kekuasaan. Jadi, “Sungguh, pendidikan kita belum merdeka. Kata dan makna demokrasi baru sebatas pemerah bibir belaka,” tegas dia sambil menambahkan, saat ini sudah sangat perlu dan mendesak untuk mengubah pola pendidikan dengan demokrasi sebagai tujuan. Maksudnya? “Dengan kata lain implikasi dan implementasi pendidikan kita adalah mendidik insan bermental demokrasi, padahal sesungguhnya pendidikan merupakan media dan aktivitas pembangunan kesadaran, kedewasaan, dan kemandirian peserta didik karena melalui pendidikan pula proses penciptaan mentalitas dan kultur demokrasi suatu masyarakat dapat dilakukan,” urai Muchyidin. Menurut dia, sistem pendidikan yang dianut akan mencerminkan mentalitas dan perilaku para pengambil kebijakan, selain itu hal yang terpenting di ujung tombak pendidikan adalah perlu adanya keseimbangan antara kewajiban belajar dan hak-hak belajar dan setelah tamat siswa bisa berfikir, bersikap dan bertindak demokratis sekaligus mengembangkannya dalam lingkungan yang lebih luas yaitu masyarakat dan bangsa. hp

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda