09 Mei 2009

Satono Lestarikan Tradisi Nadzran

FOKUS - Beberapa bencana alam berupa gempa, banjir, longsor, bahkan tsunami telah banyak melanda bumi pertiwi yang kita cintai ini. Semua itu tentu tidak begitu saja terjadi, tanpa kehendak dari Yang Maha Kuasa. Nah, untuk memanjatkan puji syukur sekaligus memohon agar dihindarkan dari segala malapetak itu, Nadzran adalah merupakan tradisi syukuran yang memiliki nilai religius yang sangat bermakna. Sehingga tidak heran jika tradisi nadzran oleh Bupati Lampung Timur, Hi Satono, SH SP, tetap dilestarikan. Satono melakukan ritual Nadzran (Tasyukuran nelayan), di Desa Muara Gadingmas, Kecamatan Labuhan Maringgai, belum lama ini.. Bahkan menurut Satono, memang tidak bisa kita pungkiri bahwa beberapa bencana yang terjadi tak urung berasal dari sebab kelalaian manusia itu sendiri. Misalnya bencana banjir yang di akibatkan habisnya lahan resapan bagi air hujan, karena gundulnya hutan yang di tebangi oleh manusia. Kemudian bencana kekeringan yang terjadi akibat hal serupa. ”Untuk itu marilah kita bersama-sama menundukan kepala bermunajat kepada Yang Maha Kuasa, agar di berikan keleluasaan dan kelapangan dalam kehidupan ini,” ujar Satono. Dikatakan Satono, para nelayan di Desa Muara Gadingmas semoga dapat terbebas dari segala bencana dan sejenisnya. Dengan demikian kedepan para nelayan dalam melaksanakan aktifitas mencari nafkah di lautan selalu dalam lindungan dan bimbingan Allah SWT. ”Saya mengajak yang hadir disini untuk tetap menjaga persatuan dan kesatuan, serta menciptakan lingkungan yang tetap kondusif,” harapnya. Sementara, menurut Ketua Umum Panitia pelaksanaan Nadzran atau tasyukuran nelayan, Budi Yanto SE., nadzran atau tasyukuran nelayan tahun 2009 ini di mulai pada tanggal 14 April yang lalu, dirangkai dengan beberapa acara, antara lain hiburan masyarakat nelayan, pertandingan oleh raga, dan acara puncaknya Sabtu (25/4), setelah semalam suntuk acara wayangan. Acara nadzran dilaksanakan oleh Taruna tani nelayan, para pemuda sebagai ungkapan rasa tanggungjawab terhadap pembangunan masyarakat nelayan. ”Harapan kami acara nadzaran atau tasyurkuran nelayan ini kedepan dapat di jadikan sumber pengembangan obyek wisata Bahari yang dapat meningkatkan pendapatan masyarakat nelayan, sekaligus sebagai sumber pendapatan asli daerah,” harapnya. Sementara itu, Dewan Pimpinan Cabang (DPC) Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI), Drs. Sukmana Adras mengatakan, nadzran adalah tradisi yang mengakar di dalam kehidupan masyarakat nelayan, juga sarat makna moral jika di ungkap, dan dapat menjadi potensi ekonomi masyarakat., tetapi jika tidak di pahamkan artinya bisa menjadi konflik antara pengembangan potensi budaya tradisional dengan prinsif trancendental. Apalagi, lanjut Sukmana, masyarakat Muara Gadingmas yang multi etnis, kini terdapat 429 buah kapal motor yang dimiliki masyarajat nelayan setempat. Namun, kata dia, jika musim ikan jumlah nelayan yang ada bisa meningkat tiga kali lipat. ”Namun peningkatan kapal itu banyak berasal dari kapal-kapal nelayan dari daerah pantura,” ujarnya. Karena itulah dikatakan Sukmana Adras, kondisi demikian menjadi persoalan internal tersendiri, ditambah dengan adanya perbedaan alat tangkap antara yang stasioner dan alat yang aktif operasional, menjadi potensi sensitifitas yang dapat menimbulkan konflik yang sangat membutuhkan ketegasan pihak penentu kebijakan. Selain itu, lanjut Sukmana, persolan ekternal yang di hadapi masyarakat nelayan masih sering didapati kapal troll dari daerah luar yang beroperasi di perairan Lamtim yang memang sudah jelas dilarang secara formal. Masalah lain, tambahnya, adanya perompak yang masih sering terjadi. Juga masalah marketing hasil olahan masyarakat nelayan masih jauh kualitasnya di banding hasil produksi olahan masyarakat nelayan daerah lain. ”Walaupun demikian, HNSI bersama Dinas kelautan dan Perikanan serta KUD Bina Mina terus membina masyarakat pengolah agar mutunya lebih baik. Terbukti nanti kita akan berikan bingkisan hasil olahan nelayan tersebut. Oleh karena itu bantuan dari Bapak Bupati sangat berarti bagi HNSI untuk terus bisa mengadakan pembinaan dengan masayarakat nelayan,” jelasnya. Selain itu, ia pun menegaskan bahwa, tradisi nadzran yang biayanya cukup besar hendaknya dapat di jadikan obyek wisata Bahari yang bisa di rangkai dengan obyek wisata yang lain. Seperti obyek wisata budaya di Kecamatan Melinting dan Sekampung Udik, dan wisata flora dan fauna di Way Kambas yang memungkinkan bisa menambah PAD Lamtim dan pendapatan masyrakata nelayan.”Karena itu kami meminta pemerintah daerah menindaklanjutinya. Karena ini akan menguntungkan daerah serta mendongkrak pendapatan nelayan nantinya,” pungkas Sukmana. HM

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda