Surat Pernyataan Bupati Dicuekin Majelis Hakim
SOSOK H Toto Herwantoko amat familiar di lingkungan Sekretariat DPRD Provinsi Lampung. Pembawaannya yang low profile namun selalu semringah, membuatnya banyak disukai. Pada 4 November ini, tokoh Partai Demokrat itu memasuki usia 53 tahun.
Toto Herwantoko, anggota DPRD Lampung dari Partai Demokrat yang menjabat ketua fraksi itu, dilahirkan pada 4 November 1955 silam. Karier politiknya melejit ketika pengusaha sukses ini memilih partai besutan SBY itu sebagai pondasi lompatannya. Ia terpilih menjadi legislator melalui Pemilu 2004 lalu, dan untuk pemilu tahun depan namanya kembali masuk ke bursa caleg, hanya kali ini tidak di nomor pertama.
Menilik kiprahnya di DPRD Lampung selama ini, sebenarnya, Toto Herwantoko cukup maksimal sebagai penyambung lidah rakyat. Sebagai pengusaha sekaligus ketua Hiswana Migas Provinsi Lampung acapkali ia melakukan manuver-manuver nyata untuk membantu kepentingan rakyat utamanya berkaitan dengan urusan bahan bakar minyak dan gas.
Kiprahnya di partai pun cukup mantap. Sempat menjabat sekretaris DPD Partai Demokrat Provinsi Lampung, pengaruh Toto cukup kuat. Bukan saja karena dalam pembawaannya yang pendiam tercuat ide dan gagasan-gagasannya yang cemerlang, tetapi juga kedekatannya dengan berbagai kalangan yang tak perlu dipertanyakan lagi. Betapapun, Partai Demokrat membutuhkan akselerasi politik suami Srinidianti tersebut.
Kini, dengan bertambahnya usia, dipastikan Toto Herwantoko akan makin meningkatkan kinerjanya sebagai pertanggungjawaban terhadap konstituen yang mempercayainya. Karena itu, sungguh disayangkan bila dalam Pemilu 2009 mendatang ia tak lagi bisa mentas di panggung legislatif daerah ini. Tentu ia akan berjuang maksimal, karena masih banyak tugas yang harus diselesaikannya. Selamat ulang tahun, sukses selalu. dd
Profil H Toto Herwantoko
Tanggal lahir : 4 November 1955
Alamat : Jl Way Ngarip No 8, Pahoman, Bandar Lampung
Nama Istri : Srinidianti
Nama Anak : 1. Anugrah Hayi Prihantoko
2. Moh Yasin Ade Hermanto
3. Arya Waskita Triharyanto
4. Tasya Febrika Permatasari
MENGABDI untuk masyarakat tidak bisa dibatasi usia, karena pengabdian untuk kemaslahatan bersama kuncinya adalah semangat yang harus terus digelorakan sampai kapan pun. Semangat dan tekad yang menyala itulah yang membuat H Sudirman memutuskan untuk ikut bertarung menjadi caleg dari daerah pemilihan Kecamatan Natar, Lampung Selatan, melalui partai yang telah digeluti selama puluhan tahun, yakni Partai Golkar.
Politisi gaek yang dijuluki “akar beringin” ini menukaskan, alasannya ikut bertarung dalam pemilu legislatif mendatang sangatlah sederhana, yakni untuk sebuah pengabdian kepada masyarakat. ”Nggak ada alasan lain selain itu,” ujarnya, akhir pekan kemarin.
Bahkan menurut mantan Mantri Kesehatan ini, orientasi dirinya maju dalam pencalonan legislatif sama sekali bukan untuk mengejar kekuasaan atau materi. Karena baginya semua itu hanyalah fatamorgana. ”Jika hanya materi, buat apa saya mencalonkan diri. Karena saya merasa cukup dengan apa yang sudah saya miliki. Saya ingin berbuat dan mengabdi untuk masyarakat. Hidup ini indah jika kita bisa bermanfaat bagi orang lain,” ujar pria berkacamata ini.
Selain itu, caleg yang mendapat nomor urut 8 untuk dapil VI dari Lampung Selatan ini menguraikan, dirinya kini telah pensiun dari PNS. Sehingga pengabdiannya bisa lebih terfokus jika kelak terpilih menjadi anggota DPRD Lampung Selatan.
Ditambah lagi, putra-putrinya pun kini telah berkeluarga semua. ”Jadi bisa maksimal mengabdi untuk kepentingan orang banyak,” ujarnya. fj
Profil H Sudirman
Tempat/Tgl lahir : Palembang, 28 Desember 1948
Agama : Islam
Pendidikan : SLTA
Alamat : Branti I Rt 03 Rw 01 No 466, Branti Raya, Kecamatan Natar
Istri : Yulia
Anak : 1. Nizar Al Zamna
2. Mulyan Zaman
3. Siti Andantiana
Riwayat Organisasi : 1. Tahun 1976 Anggota Partai Golkar
2. Tahun 1977 PD Desa Branti
3. Tahun 1982 PD Desa Branti
4. Tahun 1987-1992 Wakil Ketua PK Partai Golkar Natar
5. Tahun 2004-2009 Wakil Ketua PK Partai Golkar Natar.
JUMAT (31/10) malam ada yang beda di Masjid Baitun Nabat Kompleks Perumahan PTPN VII. Saat sholat Isya, puluhan orang berpakaian putih bersih tampak khusu’ berkomunikasi batin dengan Yang Maha Kuasa. Itulah bagian prosesi pelepasan 68 jamaah calon haji (JCH) yang merupakan keluarga besar PTPN VII.
Selepas makan malam bersama, sontak suasana haru namun penuh kekeluargaan mencuat ketika Dirut PTPN VII (Persero) Drs Andi Punoko disaksikan jajaran direksi, manajer bagian, manajer unit usaha dan keluarga JCH, secara resmi melepas calon Tamu Allah tersebut di halaman Gedung Pertemuan PTPN VII.
68 JCH tersebut terdiri dari pekerja sebanyak 29 orang, keluarga 28 orang, purnakarya dan isteri 11 orang. Jika dihitung sejak tahun 2000 sampai 2008 ini, jamaah haji yang diberangkatkan perusahaan mencapai 543 orang.
Direktur Utama PTPN VII Andi Punoko mengharapkan sekembali dari Tanah Suci, JCH tahun 2008 ini dapat menjadi suri tauladan, utamanya dalam aktivitas sebagai pekerja, karena bekerja secara ikhlas dengan produktivitas tinggi pada hakekatnya merupakan bagian dari ibadah kepada Allah SWT. ***
teks : beny faizal
foto : humas ptpn vii
KEGIATAN Saburai Agro & Food Expo (SAFE) 2008 yang diprakarsai Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Lampung yang dibuka Asisten Bidang Ekubang, Djunaidi Djaya, Kamis (30/10) lalu, memang diikuti lebih sedikit peserta dibanding tahun sebelumnya. Namun kenyataan di Gedung Sumpah Pemuda PKOR Way Halim sebagai lokasi acara tersebut tetap menunjukkan kemeriahan.
Masyarakat tampak cukup antusias untuk melihat berbagai perkembangan dunia pertanian dan stand yang ada di ajang SAFE 2008 tersebut. Apalagi kegiatan yang berlangsung sampai Senin (3/11) ini, dilengkapi dengan berbagai acara selingan yang jarang dapat dilihat setiap saat.
Bila pada 2007 lalu jumlah peserta cukup banyak, tak lain karena kegiatan serupa disatukan dengan peringatan Hari Pangan Sedunia (HPS) yang dihadiri Presiden SBY. Sedang kali ini, acara cukup bergengsi tersebut dikerjakan sendiri oleh Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Lampung dengan menggandeng event organizer PT Globalindo Barawana Lestari. ***
teks/foto : beny faizal
GUNA membantu memenuhi kebutuhan darah di rumah sakit se-Bandar Lampung, Rabu (29/10) lalu PTPN VII (Persero) menggelar donor darah di Gedung Pertemuan PTPN VII, dengan melibatkan pekerja yang ada di kantor direksi dan unit usaha.
“Dari kegiatan peduli sosial ini, kita berhasil mengumpulkan 67 kantong darah,” kata Humas PTPN VII, Sonny Soediastanto, SH, sambil menambahkan, kegiatan ini merupakan bentuk kepedulian PTPN VII dalam program sosial dan agenda rutin Bagian Sekretariat Urusan Humas PTPN VII yang diadakan setiap tiga bulan sekali.
Selama ini, aktivitas bernuansa kepedulian sosial memang sangat mengemuka di lingkungan PTPN VII. Karenanya, tak salah bila keberadaan BUMN tersebut telah sangat banyak membantu masyarakat berbagai lapisan, utamanya di Provinsi Lampung ini. ***
teks : beny faizal
foto : humas ptpn vii
Ikuti Lomba Sekolah Sehat Tingkat Provinsi
PRESTASI membanggakan direbut SDN Karya Tani, Labuhan Maringgai. Sekolah ini dipercaya sebagai jagonya Kabupaten Lamtim untuk mengikuti Lomba Sekolah Sehat Tingkat Provinsi Lampung.
Dijagokannya SDN Karya Tani mewakili Lamtim itu setelah sekolah pimpinan Sarman, AMaPd tersebut berhasil meraih peringkat pertamadalam Lomba Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) dan Sekolah Sehat (SS) tingkat kabupaten setempat.
Lalu bagaimana kesiapan sekolah dasar jagoannya Lamtim itu? Sarman, sang kepala sekolah, didampingi Suratmi, guru Pembina UKS, Kamis (30/10) siang, mengaku saat ini pihak sekolah dengan penuh semangat berupaya menghias dan memperindah SDN Karya Tani guna tampil maksimal dalam Lomba Sekolah Sehat se-Provinsi Lampung yang dilaksanakan 4 November ini.
Selain itu, menurut dia, pihaknya juga melakukan pembenahan dan penertiban sesuai dengan kriteria perlombaan, seperti pembinaan dokter kecil, yang diikuti 40 anak didik yang terdiri dari siswa-siswi kelas III sampai kelas VI.
Ia mengakui, keberhasilan SDN Karya Tani sebagai duta Lamtim tahun 2008 ini tidak lepas dari peran semua pihak, baik dewan guru, wali murid, komite sekolah, kepala desa, serta pembinaan dari pihak kecamatan dan kabupaten.
Sarman memaparkan, saat ini SDN Karya Tani memiliki enam ruang belajar efektif, satu ruang kantor guru, satu ruang UKS, satu ruang koperasi, serta satu ruang perpustakaan, satu ruang komputer, satu ruang kantin, satu posko satpam, dan satu gedung musholla. Jumlah siswa sebanyak 333 murid yang dibimbing oleh 17 guru berkualitas, 11 diantaranya PNS, termasuk kepala sekolah, enam guru honor, serta satu orang satpam.
Meski mengukir prestasi, Sarman mengaku SDN Karya Tani mesih banyak kekurangan perlu dibenahi. “Kami tentu saja akan terus mempertahankan prestasi yang telah diraih, selain tidak akan tinggal diam dan merasa puas atas apa yang kami raih sekarang. Karena keluarga besar sekolah ini tentunya menginginkan prestasi yang lebih baik lagi,” ungkap Sarman sambil menambahkan, SDN Karya Tani yang letaknya jauh dari ibukota kecamatan di dalam dua tahun terakhir ini telah banyak mengalami kemajuan baik dibidang prestasi ataupun sarana prasarana yang menunjang proses kegiatan belajar mengajar.
Sementara diitemui terpisah, Kasi Pendidikan Kecamatan Labuhan Maringgai, Cen Suratman, SSos, mengatakan, pihaknya terus melakukan pembinaan ke semua fasilitas pendidikan yang ada di wilayah tugasnya, mulai dari pembinaan fisik sampai ke administrasi.
Selain itu, kata dia, pihaknya juga melakukan perlengkapan instrumen yang masuk dalam kategori perlombaan. “Setiap minggu sekali, kami memberi motivasi para guru dan kepala sekolah, untuk mengerjakan hal-hal yang akan diperlombakan,“ terangnya.
Cen Suratman optimis, dalam Lomba Sekolah Sehat Tingkat Provnsi Lampung, SDN Karya Tani mampu meraih peringkat pertama. Pria yang sebelumnya menjabat bendahara Kecamatan Labuhan Maringgai ini meminta kepada tim dari Kabupaten Lampung Timur untuk dapat meninjau lokasi dan membantu segala kekurangan yang ada di SDN Karya Tani tersebut. hm/jh
FOKUS – Jaring Pendidik Pemilih Untuk Rakyat (JPPR) saat ini terus bergerilya ke masyarakat untuk membangun dan meningkatkan kesadaran politik rakyat, utamanya menyambut Pemilu 2009 mendatang.
Melalui kegiatan Voter Education (VE), JPPR selama bulan Oktober melakukan forum warga di lima kecamatan di Kota Bandar Lampung, yaitu Kecamatan Kedaton dengan penanggungjawab kegiatan Antonius, Kecamatan Rajabasa dengan penanggungjawab kegiatan Maryani, Kecamatan Tanjungkarang Barat dengan penanggungjawab kegiatan Zuraida, Kecamatan Tanjungkarang Pusat dengan penanggungjawab kegiatan Erlina, dan Kecamatan Tanjungkarang Timur dengan penanggungjawab kegiatan Kasbety.
Menurut Hasbiyah, koordinator VE JPPR Kota Bandar Lampung, sepanjang Oktober 2008 pihaknya juga membagikan liflet di 40 kelurahan sebagai upaya pendidikan dan peningkatan kesadaran politik rakyat.
Selain itu, “Kami juga rutin melakukan diskusi di tingkat forum warga. Kami akan terus bergerilya untuk membangun dan meningkatkan kesadaran politik rakyat,” terang Hasbiyah. dd
Tuntaskan Perselisihan Warga Versus PT WTL
KASUS perseisihan warga dengan PT Waterindex Tirta Lestari (WTL) terkait dibuatnya bendungan di lokasi perusahaan air mineral tersebut, memaksa Pemkab Lamtim membentuk tim, yang Rabu (29/10) silam, langsung meninjau lokasi. Sayangnya, Wakil Bupati Noverisman Subing sebagai ketua tim terkesan hati-hati untuk mengambil langkah sebagai upaya penuntasan persoalan.
Sebenarnya, warga setempat mengharapkan, turunnya tim pimpinan Wabup Noverisman Subing dapat langsung menemukan solusi terbaik. Namun, mantan ketua DPD Partai Golkar Lamtim itu tidak serta merta mengambil keputusan.
Kenapa? Menurut Nover –begitu Wabup Noverisman Subing biasa disapa-, permasalahan warga dengan PT WTL pasti akan diselesaikan secepatnya. Hanya saja, untuk penyelesaian tersebut ia meminta pihak perusahaan menyiapkan semua surat yang berhubungan dengan pembangunan bendungan air yang dikeluhkan warga, diantaranya Izin Mendirikan Bangunan (IMB), dan Analisis Dampak Lingkungan (Amdal).
Selain meminta menyiapkan surat-surat tersebut, Nover juga menyatakan pihaknya merasa perlu melakukan analisis terhadap bendungan tersebut.
Jadi, ”Saya belum bisa memutuskan dibongkar dan tidaknya bendungan itu. Yang pasti, saya akan perintahkan staf untuk menganalisa permasalahan ini,” terang Nover, usai acara pertemuan dengan warga dan perusahaan.
Dari hasil analisa tersebut, lanjut dia, nantinya akan diketahui apakah pembangunan bendungan dimaksud memang berdampak atau tidak. Hasil analisis inilah yang akan menjadi patokan apakah bendungan tersebut akan dibongkar atau tidak.
Meskipun belum memastikan kapan permasalahan ini akan diselesaikan, namun ia berjanji dalam waktu dekat akan ada keputusan berdasarkan analisanya. ”Kita akan putuskan dalam waktu dekat ini, dibongkar atau tidaknya bendungan ini,” jelasnya.
Proporsional
Camat Jabung, Amriadi, SH, mengatakan, penyelesaian permasalahan PT WTL dan warga memang telah ditangani oleh kabupaten. Namun, terlepas dari permasalahan bendungan yang dipersoalkan, ia berharap kepada warga maupun PT WTL untuk menyikapi permasalahan ini dengan proporsional.
Dikatakannya, permasalahan antara warga dan PT WTL sebetulnya bisa dicegah bila kedua belah pihak dapat memahami porsinya masing-masing. ”Bila terjadi harmonisasi antara PT WTL dan warga, mungkin masalah ini tidak akan muncul,” terangnya.
Ia menambahkan, protes warga harus dapat dicermati oleh pihak perusahaan yang berdiri sejak tahun 1995 tersebut, sebagai bentuk penyampaian aspirasi oleh masyarakat setempat. Bila aspirasi yang disampaikan masyarakat dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi, diharapkan kedepan permasalahan yang sama tidak akan muncul kembali.
Diakui Camat Amriadi, keberadaan PT WTL yang berada di Desa Mumbangjaya, Kecamatan Jabung, memang dapat membantu masyarakat dalam menciptakan lapangan kerja. Karenanya ia berharap, baik kepada masyarakat maupun PT WTL, dapat saling memahami. ”Saya berharap, masyarakat dan pihak perusahaan nantinya dapat menerima apapun keputusan dari tim kabupaten,” paparnya.
Sementara Adin Salamah, mewakili masyarakat Desa Adi Rejo, Kecamatan Jabung, meminta kepada Tim Kabupaten Lamtim dan pihak perusahaan untuk membongkar bendungan air yang menjadi sumber masalah tersebut. Sebab, kata dia, dengan dibendungnya sumber air, sangat merugikan masyarakat setempat.
”Akibat adanya bendungan tersebut warga tujuh desa di dua kecamatan, yaitu Kecamatan Pasirsakti dan Jabung, kekurangan air untuk mengairi sawah 1300 hektar,” katanya. Ditemui terpisah, Hamsah, Humas PT WTL, berjanji akan mempersiapkan semua surat yang diminta Wakil Bupati Lamtim. Pihaknya juga pada dasarnya mematuhi semua ketentuan yang ada.
Ia berharap, permasalahan dengan warga yang mempertanyakan pendirian bendungan tersebut dapat diselesaikan dengan menguntungkan semua pihak. Sebelumnya, warga dari tujuh desa dari Kecamatan Jabung dan Pasirsakti, memprotes tindakan PT WTL yang membendung satu sumber air warga. Akibat adanya bendungan tersebut warga di tujuh desa mengaku kekurangan air untuk mengairi sawah 1300 hektar milik masyarakat di dua kecamatan tersebut. Warga menilai bendungan yang dibangun di wilayah PT WTL sebagai salah satu penyebab berkurangnya pasokan air yang mengalir dari Sungai Umbang Sragi. Meskipun hal ini dibantah oleh Humas PT WTL. jh
FOKUS – Pekan-pekan ini, para petani di Kecamatan Jabung, Kabupaten Lampung Timur, kebingunan untuk bercocok tanam. Pasalnya, mereka kesulitan untuk mendapatkan pasokan pupuk bersubsidi dari pemerintah. Akibatnya, mau tak mau mereka harus membeli pupuk dengan harga mahal, itu pun mesti ke wilayah di luar kecamatannya.
Ironisnya lagi, kelangkaan pupuk bersubsidi ini telah berlangsung satu tahun lamanya. Menurut Wiji, petani asal Betengsari, Kecamatan Jabung, untuk mendapatkan pupuk bersubsidi NPK Ponska dan SP36, ia harus mencari diluar wilayahnya, yang jarak tempuhnya sangat jauh. Selain itu, harganya pun relatif mahal.
“Saya membeli pupuk NPK Posnka dan SP36 ke Kecamatan Pasirsakti, yang harganya cukup mahal,“ ungkapnya seraya mengakui, kelangkaan pupuk bersubsidi seperti pupuk NPK Ponska dan SP36 ini sudah berlangsung satu tahun lamanya.
Tragisnya, sampai kini persoalan kelangkaan pupuk bersubsidi ini belum ada upaya dari pemerintah setempat untuk mengatasinya. Hal senada disampaikan Hamdan. Petani asal Desa Adi Rejo, Kecamatan Jabung, ini juga merasa kesulitan mencari pupuk bersubsidi NPK Ponska dan SP36. “Saya berharap, pada musim tanam berikutnya, kelangkaan pupuk bersubsidi tidak akan terjadi,“ ucapnya.
Ia meminta, Pemerintah Kabupaten Lamtim dapat meninjau dan memantau pendistribusian pupuk bersubsidi, agar tidak terjadi kelangkaan seperti ini lagi. Apa yang dikatakan kedua petani tersebut, dibenarkan Adin Salamah, PPL Pertanian Kecamatan Jabung. Menurutnya, kelangkaan pupuk besubsidi ini seharusnya tidak terjadi, sebab dapat menimbulkan keresahan di masyarakat, khususnya para petani.
“Petani di wilayah Kecamatan Jabung saat ini bingung, untuk mencari pupuk,“ jelasnya. Sebaliknya, lanjut wanita berkerudung ini, apabila pendistribusian pupuk bersubsidi sampai di masyarakat di wilayahnya, tidak menutup kemungkinan dapat menguntungkan kedua pihak, yaitu petani, dan pihak pengecer.
“Sekitar 5000-an hektar lebih sawah yang ada di Kecamatan Jabung, kalau pupuk bersubdisi itu ada, apa nggak menguntungkan pihak pengecer,“ paparnya.
Untuk itu, Adin Salamah berharap pemerintah dapat memperhatikan para petani, khususnya petani di wilayah Kecamatan Jabung, agar kelangkaan pupuk bersubsidi yang telah memakan waktu satu tahun lebih ini, tidak berkepanjangan. jh
Buat Kebun Percontohan Pengendalian OPT
DINAS Perkebunan Provinsi Lampung di 2008 ini cukup serius dalam menyelamatkan tanaman kakao, dimana 91,40% dari lahan seluas 40.045 hektar yang ada, merupakan perkebunan rakyat. Keseriusan itu dilahirkan dengan membuat kebun percontohan pengendalian organisme pengganggu tanaman atau OPT.
Kepala Dinas Perkebunan Provinsi Lampung, Ir Masdulhaq, menjelaskan, permasalahan yang dihadapi dalam usaha perkebunan tanaman kakao di daerah ini antara lain tingkat produktivitas rata-rata yang masih rendah, yang hal ini disebabkan karena kehilangan produksi akibat serangan organisme pengganggu tanaman (OPT) hama penggerek buah kakao (PBK), helopeltis antonii, penyakit busuk buah kakao serta OPT lainnya yang belum dikendalikan secara optimal.
Ia mengakui, serangan OPT, khususnya PBK, semakin meningkat dan meluas di Provinsi Lampung. Hal ini bisa dilihat dari data serangan pada awal tahun 2007 seluas 2.200 hektar dan meningkat hingga tiga kali lipat pada akhir 2007 menjadi 7.793 hektar. “Kondisi ini menyebabkan adanya kerugian hasil hingga mencapai lebih dari Rp 16,7 miliar,” katanya lagi.
Terkait dengan masalah tersebut, menurut dia, perlu dilaksanakan perlindungan tanaman yang menerapkan konsep pengendalian hama terpadu (PHT). Dimana hal ini merupakan suatu konsep pengendalian hama, penyakit, dan gulma dengan memadukan berbagai cara pengendalian yang kompatibel serta secara ekologid dan ekonomis dapat dipertanggungjawabkan.
Untuk mewujudkan hal tersebut, “Maka pada tahun 2008 ini Dinas Perkebunan Provinsi Lampung akan menyelenggarakan Rintisan Pengendalian OPT pada tanaman kakao yang diwujudkan melalui kebun percontohan aplikasi PHT dan Farmer Field Day (FFD) agar petani pekebun memahami bentuk aplikasi PHT di kebun kakao,” Masdulhaq menambahkan.
Mengenai tujuan rintisan pengendalian OPT tersebut, dikatakannya untuk meningkatkan kemampuan pekebun dalam melaksanakan pengendalian OPT kakao secara terpadu dan berkurangnya kehilangan hasil kakao akibat adanya serangan OPT.
Lalu berapa banyak kebun percontohan yang akan dibuat Dinas Perkebunan Provinsi Lampung? Masdulhaq menyatakan sedikitnya di tahun 2008 ini akan dibuat Kebun Percontohan Pengendalian OPT Kakao di enam kabupaten; Tanggamus, Lampung Timur, Lampung Tengah, Lampung Selatan, Pesawaran, dan Bandar Lampung, dengan masing-masing kebun percontohan seluas 1 hektar.
Tentang lingkup kegiatan program ini, Masdulhaq menjelaskan, kegiatan pokok berupa pemangkasan, sanitasi, panen sering dan rampasan buah, pemupukan, sarungisasi buah kakao, pemanfaatan musuh alami, serta pengendalian petani di sekitar kebun contoh.
*Gubernur Membantu
Meski untuk program ini terkait dengan penyediaan sarana perlindungannya sedapat mungkin disediakan oleh petani, namun menurut Masdulhaq, pemprov tidak hanya berpangku tangan. “Gubernur akan membantu untuk pembuatan kebun percontohan ini di masing-masing daerah,” kata dia.
Apa saja bantuannya? Mulai dari biaya upah tenaga kerja (HOK) yang meliputi pembuatan lubang sanitasi, sanitasi dan pemetikan buah, pemangkasan, pemupukan, sarungisasi, dan penyemprotan pestisida. Selain itu, sarana pertanian semacam obat-obatan dan alat pertanian kecil, semacam ragi kompos, pupuk kandang, pestisida, NPK, pisau pangkas, paralon plastik, kantong plastik, karet gelang, hand sprayer, dan biaya kompensasi pemetikan buah.
Masdulhaq menjelaskan, kegiatan yang ditangani Subdinas Bina Produksi Dinas Perkebunan Provinsi Lampung ini melibatkan instansi terkait, antara lain dinas yang membidangi, UPTD Balai Perlintan Perkebunan, serta petugas UPPT dan pengendali OPT serta pemandu lapang.
Dikatakan, teknologi pengendalian OPT utama kakao adalah teknologi yang telah diuji oleh Puslitkoka, BPPT, dan perguruan tinggi maupun UPTD Balai Perlintan Perkebunan serta pengalaman pekebun. “Tujuan akhir dari program ini adalah mengembalikan kondisi pertumbuhan tanaman kakao pada kondisi optimal dan menurunkan intensitas serangan OPT,” Masdulhaq menambahkan. bf
Teknologi Pengendalian Yang Digunakan
1. Pemangkasan, untuk meningkatkan pembungaan dan pembuahan, memperbaiki asrasi kebun, mempermudah manajemen tanaman, dan meningkatkan intensitas cahaya matahari.
2. Sanitasi dengan pembuatan lubang sanitasi untuk membunuh larva PBK dan OPT.
3. Panen sering dan rampasan buah dengan tujuan memutus siklus PBK.
4. Pemupukan berimbang yaitu pemupukan organik dan anorganik sesuai dengan petunjuk teknis. Pupuk anorganik diberikan dua kali pertahun yaitu di awal dan akhir musim penghujan, sedangkan pupuk organik diberikan pada awal musim kemarau.
5. Sarungisasi (penyarungan buah kakao) untuk mencegah imago PBK meletakkan telur pada buah kakao.
6. Aplikasi pestisida dengan memperhatikan sasaran penyemprotan, jenis insektisida, dosis yang digunakan, dan periode serta frekuensi aplikasi.
7. Pemanfaatan semut hitam dan semut rangrang sebagai musuh alami PBK. ***
DINAS Kesehatan Kabupaten Tulang Bawang mulai menunjukkan program-program unggulannya. Salah satunya adalah dengan menyebar mobil puskesmas keliling (pusling) di setiap kecamatan.
Beberapa waktu lalu, lima kendaraan roda empat sebagai pusling telah dibagikan, yaitu untuk Kecamatan Menggala, Gedung Aji, Panca Jaya, Lambu Kibang, dan satunya lagi untuk VIP rumah dinas bupati.
Terkait dengan penyebaran mobil pusling itu, Kasubag Umum dan Kepegawaian Dinas Kesehatan Tuba, Fatoni, SKep, menjelaskan, langkah itu dilakukan untuk mempermudah pelayanan kesehatan kepada masyarakat yang susah dan sulit untuk datang langsung ke pusat kecamatan atau bagi masyarakat yang tidak bisa mengunjungi puskesmas yang jauh dari tempat tinggalnya.
“Pelayanan ini bukan semata-mata untuk mempermudah dijangkau oleh masyarakat, akan tetapi untuk membantu bagi mereka-mereka yang kurang mampu. Maksudnya adalah tidak dipungut bayaran alias gratis,” ucap Fatoni.
Ditambahkan, program penyebaran mobil puskesmas keliling ini merupakan program Bupati Abdurachman Sarbini yang tidak bisa ditolak dan harus direalisasikan ke masyarakat, yaitu pelayanan kesehatan gratis dan pendidikan gratis.
“Alhamdulillah, seluruh program prioritas bupati yang ada di Dinas Kesehatan sudah bisa menunjukkan hasil yang signifikan, seperti pelayanan puskes keliling sekarang sudah ada di selurah kecamatan, apalagi seluruh satgas yang ditugaskan sudah mendapatkan kendaraan bermotor. Jadi tidak ada alasan lagi jika mereka mengatakan tidak memiliki kendaraan operasional, “ Fatoni menambahkan.
Yang lebih menarik lagi, Dinas Kesehatan Tuba pada tahun anggaran 2009 mendatang menargetkan seluruh kecamatan atau puskesmas yang ada di wilayah itu akan diberikan mobil puskes keliling yaitu berjumlah 31 puskes yang ada.
Tak hanya itu. Menurut Fatoni, Bupati Abdurachman Sarbini telah meminta agar semua puskes direhab dan harus ada khusus ruang inapnya. ek
FOKUS – Kerja serba ekstra yang dilakukan Dinas Pasar Kabupaten Tulang Bawang selama ini untuk menghidupkan Pasar Baru di Jalan Lintas Timur dengan “mematikan” Pasar Lama Menggala, sampai akhir pekan kemarin dapat dibilang sia-sia saja.
Lho kenapa? Karena kenyataannya, Pasar Lama beberapa waktu belakangan ini justru semarak lagi. Baik pedagang maupun pembeli terus bertambah dari hari ke hari.
Di sisi lain, kondisi Pasar Baru bak “mati suri”, tak ada tanda-tanda pasar yang disesaki dengan beragam fasilitas dan kemudahan melalui uang pemerintah kabupaten tersebut bakal berkembang.
Semaraknya lagi Pasar Lama sebenarnya tak bisa ditutup-tutupi. Apalagi, banyak pedagang yang sudah tidak takut-takut lagi menggelar dagangannya di tengah-tengah taman kota. Padahal sebelumnya, jangankan menjajakan dagangan di tempat itu, di lorong sempit pun di lingkungan Pasar Lama para pedagang dikenai larangan.
Apa pasal pedagang begitu sulit diajak pindah dari Pasar Lama? Wartini, seorang pedagang sayur, mengaku kalau menggelar dagangan di pasar tradisional yang telah ada sejak zaman leluhur tersebut, dipastikan akan memperoleh keuntungan yang lumayan untuk mencukupi kebutuhan keluarganya.
Kalau di Pasar Baru? “Kalau di Pasar Baru, waduuh Mas, jangankan mendapat untung, untuk modal saja kadang tidak tertutupi,” ucapnya dengan polos.
Ia mengaku pernah mencoba menjajakan sayurannya di Pasar Baru. Hasilnya? “Banyak sayuran saya yang akhirnya terbuang percuma, karena nggak ada pembeli. Kalau mau bertahan di sana terus, ya bagaimana kami bisa makan,” Wartini menguraikan.
Tentang sikap tegas Dinas Pasar Tuba selama ini yang menghardik pedagang di Pasar Lama untuk pindah ke Pasar Baru, pedagang sayuran ini meminta para petinggi pemkab setempat dapat memahami kehidupan rakyat kecil.
“Tolonglah kami. Kami ini rakyat kecil, bisa makan saja sudah sangat beruntung, apalagi jika kami bisa menyimpan sedikit keuntungan,” ucapnya penuh harapan.
Terkait dengan silang-sengkarut mengurus pasar ini, ada saran menarik dari seorang warga Menggala bernama Yanto Situmorang. Apa kata dia? “Sebaiknya pemerintah tidak membubarkan pasar tua (Pasar Lama, red) ini, biarkan saja pasar ini menjadi pasar tradisional dan pasar yang baru (Di Jalan Lintas Timur, red) itu menjadi pasar induk atau pusat grosir dari seluruh kecamatan yang ada di Tuba, dengan begitu Pasar Baru akan menjadi pusat perekonomian. Saya kira, arah kebijakan ke sana lebih bijak ketimbang sibuk mengusir pedagang dari Pasar Lama, karena kenyataannya di Pasar Baru para pedagang tidak mendapat konsumen yang pasti,“ ucapnya. ek